1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Apakah Dunia Sudah Lampaui Batas Aman Iklim?

Alistair Walsh
9 Februari 2024

Suhu Bumi meningkat di atas 1,5 derajat Celcius secara konsisten selama 12 bulan. Apakah artinya kita sudah melampaui batas aman seperti yang sudah ditetapkan dalam Perjanjian Paris?

https://p.dw.com/p/4cDNH
Kebakaran hutan di Amerika Serikat, 2023
Kebakaran hutan di Amerika Serikat, 2023Foto: Mike Blake/REUTERS

Seberapa parah rekor suhu udara saat ini?

Untuk pertama kalinya sejak pencatatan cuaca, suhu rata-rata global secara konsisten melampaui batas kenaikan suhu sebesar 1,5 derajat Celcius selama duabelas bulan berturut-turut.

Antara Februari 2023 dan Januari 2024, temperatur rata-rata di dunia mencapai 1,52 derajat Celcius lebih panas ketimbang era praindustri, antara 1850 dan 1900, ketika manusia mulai memompa karbondioksida ke udara.

Temuan tersebut dibarengi kabar bahwa Januari 2024 merupakan bulan Januari paling panas dalam sejarah cuaca, menurut catatan Layanan Riset Iklim Copernicus, C3S, di Eropa.

"Angkanya mencatatkan rekor baru," kata Matt Patterson, peneliti fisika iklim di University of Oxford.

Fenomena cuaca kering El Nino diyakini ikut berperan memanaskan suhu Bumi. Sebabnya, kenaikan temperatur rata-rata diprediksi akan menurun di bawah 1,5 derajat Celcius dalam beberapa bulan ke depan. Meski demikian, emisi dari pembakaran energi fosil tetap bertanggung jawab atas pemanasan global

Perubahan Iklim Atau Hanya Cuaca?

Apakah dunia melanggar Perjanjian Paris?

Jumlah emisi global dan kenaikan suhu yang menembus batas 1,5 C mengancam kelangsungan planet dan kapasitas ekologis Bumi. Batas itu ditetapkan sebagai tenggat sebelum kenaikan suhu menyentuh angka 2 derajat Celcius, di mana iklim Bumi menjadi kian tidak ramah kehidupan.

Saat ini pun, krisis iklim telah memicu kemunculan cuaca ekstrem di penjuru Bumi. Tahun 2023, misalnya, Kanada mengalami kebakaran hutan paling ekstrem dan banjir menerpa Libya, ketika Tanduk Afrika dilanda kekeringan berkepanjangan. Intensitas gelombang panas di Eropa, Amerika Utara dan Cina mustahil terjadi tanpa pencemaran karbondioksida oleh manusia.

Perjanjian Paris sendiri menetapkan periode yang lebih panjang bagi kenaikan suhu di atas 1,5 derajat, ketimbang rekor 12 bulan beruntun dari tahun lalu. Selama suhu kembali turun ke level normal di tahun berikutnya, rata-rata kenaikan temperatur global tetap berada di bawah batas aman.

Batas itu baru resmi dilampaui jika suhu Bumi konstan bertengger di atas 1,5 derajat selama 20 tahun, menurut Panel Iklim Antarpemerintah PBB, IPCC. "Mencapai level ini untuk periode singkat dan dalam waktu yang cepat menjadi peringatan bahwa kita harus lebih cepat mengurangi pembakaran energi fosil," kata Francesca Guglielmo, peneliti senior di Layanan Riset Iklim Copernicus, C3S.

El Nino 2023: Bagaimana Redam Musim Api di Era Krisis Iklim?

Mungkinkah kiamat iklim ditunda?

IPCC memperkirakan, dengan laju kenaikan suhu saat ini, pemanasan global akan melampaui batas 1,5 derajat antara tahun 2030 dan 2052.

Satu-satunya cara mencegahnya adalah segera menghentikan konsumsi bahan bakar fosil dan memangkas emisi gas rumah kaca menjadi separuhnya pada 2030, menurut Perjanjian Paris.

Namun hal itu membutuhkan transformasi sistem energi, ekonomi, pertanian, transportasi dan menyaratkan perlindungan semua hutan yang ada. Selain itu, negara-negara di dunia juga harus menggunakan teknologi pemindahan karbon dalam skala besar.

"Kecuali emisi global bisa segera dibuat menjadi nol, dunia tidak lama lagi akan melewati batas keamanan yang ditetapkan Perjanjian Iklim Paris, kata Joeri Rogelj, Guru Besar Politik dan Iklim di Imperial College London.

Membatasi kenaikan sebesar 1,5 derajat Celcius tidak lantas menghilangkan pemanasan global, melainkan mencegah maraknya cuaca ekstrem dan memberikan ruang bernafas bagi ekosistem planet untuk beregenerasi.

rzn/hp