1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Dilema Jerman dengan Pengiriman Bom Curah AS untuk Ukraina

William Noah Glucroft
13 Juli 2023

AS mengatakan akan mengirimkan bom curah yang kontroversial ke Ukraina untuk mendukung militer negara itu melawan agresi Rusia. Bagi banyak negara sekutu, termasuk Jerman, ini menjadi dilema.

https://p.dw.com/p/4ToBD
Foto ilustrasi bom curah
Foto ilustrasi bom curahFoto: Jessica Koscielniak/USA TODAY/picture alliance

Jerman adalah salah satu dari lebih dari 100 negara peserta Konvensi Munisi Curah 2008, yang "melarang semua penggunaan, produksi, pengiriman, dan penimbunan" senjata berbahaya itu. Sebagian besar anggota NATO lainnya juga telah menandatangani konvensi ini. Karena itu, keputusan AS mengirimkan bom curah ke Ukraina bagi banyak negara sekutu menjadi dilema.

Banyak kelompok pengawas hak asasi manusia dan senjata menganggap penggunaan bom curah sebagai pelanggaran hukum internasional. Karena bom ini dapat berisi ratusan bom kecil yang disebarkan ke area yang luas, ketika bom besar meledak. Itu membuat bom curah efektif dalam menghadapi kelompok besar pasukan musuh, tetapi juga menimbulkan ancaman khusus bagi warga sipil.

Karena bom-bom yang tidak meledak saat jatuh ke tanah bisa tergeletak selama bertahun-tahun, lalu melukai atau membunuh orang, termasuk anak-anak, yang menemukannya. Sebagian bom curah memiliki "tingkat tak berguna" sampai 40% — artinya, sejumlah besar bom kecil tidak langsung meledak dan tetap berbahaya selama bertahun-tahun.

Biden defends US plan to send cluster bombs to Ukraine

Paket baru bantuan senjata untuk Ukraina

Menanggapi rencana pengiriman bom curah AS, kanselir Jerman Olaf Scholz (SPD) menyebutnya sebagai "keputusan berdaulat Amerika Serikat." Partai SPD biasanya melihat dirinya sebagai partai anti-perang, dan wakil ketua parlemen dari SPD, Michael Roth, mengatakan dia berharap munisi itu tidak sering digunakan. "Ukraina menemukan dirinya dalam situasi yang luar biasa, dan sangat membutuhkan amunisi," katanya kepada stasiun siaran WDR.

Jerman sendiri adalah salah satu pengekspor senjata terbesar di dunia. Namun pabrik-pabrik di Jerman tidak dapat memenuhi kebutuhan peluru dan amunisi Ukraina yang volumenya sangat besar. Itu sebabnya, sebagian kalangan politik melihat bom curah sebagai tindakan darurat untuk menutupi kebutuhan pertahanan Ukraina.

Selama KTT NATO minggu ini di Vilnius, Lituania, Jerman mengumumkan paket bantuan senjata yang baru untuk Ukraina senilai 700 juta euro.

Ambivalensi politik perdamaian

Partai Hijau, mitra junior pemerintahan koalisi yang dipimpin SPD, juga mengalami kesulitan menanggapi penggunaan bom curah. Partai ini berakar pada gerakan perdamaian Jerman Barat pada 1970-an dan 1980-an, tetapi para pejabat puncaknya sekarang menjadi pendukung paling lantang untuk mempersenjatai Ukraina.

Menteri luar negeri Jerman Annalena Baerbock (Partai Hijau) berulangkali menegaskan, bantuan persenjataan akan diberikan kepada Ukraina "selama diperlukan." Sebagai anggota NATO yang dapat dipercaya, Jerman tidak bisa secara terbuka menentang rencana AS.

"Pada akhirnya, hanya sedikit yang bisa dilakukan Jerman, yang selalu berusaha bersikap sejalan dengan kebijakan AS", kata Jack Janes, peneliti senior di German Marshall Fund, kepada DW. "Akan ada beberapa tugas berat secara moral di satu sisi. Pada saat yang sama, apa yang bisa dilakukan untuk membantu perjuangan Ukraina mematahkan agresi brutal Rusia?"

Kenyataannya, baik Ukraina maupun Rusia selama ini sudah menggunakan amunisi curah. Kedua belah pihak juga banyak menggunakan ranjau darat, terutama yang dirancang untuk membunuh prajurit infanteri, yang juga dilarang oleh perjanjian internasional yang telah ditandatangani Jerman.

hp/as