1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pertempuran Sengit di Bandara Donetsk

27 Mei 2014

Pasukan Ukraina masih bertempur sengit dengan pemberontak memperebutkan bandara di Donetsk. Seorang separatis pro Rusia mengatakan, 35 anggotanya tewas dalam pertempuran.

https://p.dw.com/p/1C7Qd
Foto: picture-alliance/AP

Suara tembakan terus terdengar hari Selasa (27/05) dari sekitar kawasan bandar udara internasional di kota Donetsk, Ukraina timur. Laporan dari lokasi itu masih simpang siur sejak terjadi pertempuran sengit hari Senin, ketika puluhan pemberontak menyerbu bandara, hanya beberapa jam setelah Kiev mengumunkan hasil sementara pemilu presiden di Ukraina, yang dimenangkan milyarder Petro Poroshenko.

Angka korban belum bisa dikonfirmasi, namun saksi mata mengatakan, truk-truk yang mengangkut pemberontak terlihat penuh bekas tembakan dan berlumuran darah.

Pasukan Ukraina mengerahkan pesawat tempur dan pasukan terjun payung untuk merebut kembali bandara internasional di Donetsk yang sempat dikuasai kelompok separatis. Sampai hari Senin malam, para pemberontak diberitakan terpukul mundur.

"Anggota separatis yang berada di dalam terminal semuanya sudah tewas", kata seorang juru bicara pemerintah. Ia menerangkan, bandara itu kini berada di bawah kendali pasukan pemerintah.

Tapi di sekitar bandara, pertempuran masih terus berlangsung sampai Selasa pagi. Rentetan tembakan senapan mesin jelas terdengar dari jalan utama masuk ke bandara.

Kelompok separatis yang menyebut dirinya Republik Rakyat Donetsk membenarkan jatuhnya korban di pihak mereka. Seorang anggota pemberontak mengatakan kepada kantor berita, sekitar 30 sampai 35 pejuangnya tewas.

Siap dialog dengan Rusia

Presiden terpilih Petro Poroshenko menerangkan di Kiev, operasi anti terror akan dilanjutkan. Ia menyebut kelompok bersenjata yang menentang pemerintah "ingin membuat kawasan timur seperti Somalia" dan mengatakan mereka adalah "pembunuh dan teroris".

Namun ia menegaskan, operasi militer itu tidak akan berlangsung terus-menerus. "Operasi anti teror tidak perlu dan tidak akan berlangsung sampai dua atau tiga bulan." Semuanya harus berakhir secepatnya, kata Poroshenko. Ia menjanjikan pengampunan bagi anggota separatis yang tidak mengangkat senjata.

Petro Poroshenko, 48 tahun, dikenal sebagai seorang politisi yang pragmatis, yang ingin menjalin hubungan bisnis dengan Eropa dan Rusia. Setelah meraih kemenangan besar dalam pemilu presiden, ia menyatakan ingin segera berunding dengan Rusia demi stabilitas di negaranya.

Rusia sampai saat ini menolak tuduhan bahwa mereka sengaja menyulut kekacauan di Ukraina timur. Menteri luar negeri Sergei Lavrov menerangkan, ia bersedia melakukan pertemuan dengan "wakil pemerintah Ukraina yang terpilih" sambil menyebut nama Poroshenko.

Rusia menuntut agar pemerintah Ukraina menghentikan operasi militer. Pemerintah di Kiev juga dituntut melakukan dialog dengan kubu separatis dan memberi otonomi luas kepada kawasan timur.

hp/rn (ap, rtr)