1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Teknologi Gawang Piala Dunia 2014 Ditolak di Jerman

25 Maret 2014

Penggunaan teknologi garis gawang di Jerman telah ditolak menurut hasil voting yang melibatkan 36 klub teratas. Teknologi ini didukung oleh sejumlah klub besar, namun hasil voting tetap negatif.

https://p.dw.com/p/1BVGN
Foto: imago/Revierfoto

Hanya 9 klub Bundesliga yang menyetujui pemakaian teknologi garis gawang yang sudah pasti dipakai Piala Dunia 2014 bulan Juni-Juli, sedangkan 9 klub lainnya menolak proposal untuk mengimplementasikan sistem ini mulai musim 2015-2016.

Mayoritas sepertiga diperlukan untuk menyetujui rencana apapun dalam asosiasi klub-klub Bundesliga dan 2. Bundesliga (DFL). Di antara klub yang setuju adalah Bayern München, Borussia Dortmund, Bayer Leverkusen dan Borussia Mönchengladbach.

"Kami dari FC Bayern menyesali hal ini, namun untuk menjunjung tinggi asas demokrasi, kami harus menerimanya," Karl Heinz Rummenigge mengomentari hasil voting.

Direktur DFL Christian Seifert menimpali: “Studi awal sudah dimulai dua tahun lalu. Perdebatan mendukung atau menolak sejak itu berkembang. Lalu ada voting demokratis yang sah.”

“Sepak bola dimainkan di mana-mana, jadi ini adalah keputusan pragmatis yang merakyat,” jelas petinggi Eintracht Frankfurt, Herbert Bruchhagen, salah satu yang menentang penggunaan teknologi.

Resistensi

Dalam voting terpisah bagi klub-klub divisi dua Bundesliga, hanya ada tiga suara yang mendukung perubahan.

Apabila proposal ini lolos, Bundesliga akan menjadi liga besar ketiga di Eropa yang memperkenalkan teknologi tambahan, setelah Inggris dan Belanda.

Liga Primer Inggris dan Eredivisie Belanda telah mempergunakan bantuan video dari sistem Hawk Eye buatan Inggris, yang penting bagi cabang olahraga lainnya seperti tenis, kriket dan rugbi.

Asosiasi Sepakbola Belanda KNVB menghabiskan dana sekitar 500.000 Euro untuk teknologi ini selama dua musim masa percobaan. Namun teknologi ini hanya akan dipakai untuk laga-laga bergengsi, contohnya laga final Eredivisie, play-off liga, final Piala KNVB dan Piala Johan Cruijff.

Sementara Liga Inggris memperkenalkan skema Hawk Eye di seluruh stadion klub divisi utama, dengan biaya 250.000 Pounds untuk setiap klub.

Kontroversi

Bundesliga sudah mengalami kontroversi wasit musim ini, termasuk ‘gol siluman' yang dicetak Stefan Kießling bagi Leverkusen saat melawan Hoffenheim bulan Oktober lalu.

“Inilah satu contoh mengapa teknologi garis gawang diperlukan,” ujar direktur olahraga Leverkusen, Rudi Völler.

‘Gol siluman' Stefan Kießling luput dari mata wasit Felix Brych dan memicu seruan atas teknologi pembantu
‘Gol siluman' Stefan Kießling luput dari mata wasit Felix Brych dan memicu seruan atas teknologi pembantuFoto: picture alliance/Avanti-Fotografie

Subjek teknologi garis gawang atau video mengundang putusan berseberangan antara dua badan pengatur sepakbola, UEFA dan FIFA.

Presiden UEFA Michel Platini berargumen bahwa biaya instalasi dan perawatan sebesar 54 juta Euro “cukup mahal” untuk mengklarifikasi insiden yang terjadi “hanya sekali setiap 40 tahun.”

Liga utama Brasil dan Serie A Italia lebih memilih tambahan wasit di belakang gawang. Eksperimen yang sama telah diterapkan pada Liga Champions dan Liga Eropa UEFA sejak tahun 2009.

cp/vlz (dpa, ap, afp)