1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Saat Oma Menolak Jadi Lansia yang “Hanya Diam di Rumah”

28 November 2023

Lansia berusia 70-80 tahun jadi daya tarik restauran ini. Bukan eksploitasi lansia, Uma Oma justru beri kesempatan bekerja bagi oma yang tidak ingin diam di rumah.

https://p.dw.com/p/4ZV0f
Restauran Uma Oma di Jakarta
Makan di restauran disambut senyum hangat nenekFoto: C. Andhika/DW

Meski terlihat sedikit lelah, bibir Wasinah yang dipulas pewarna merah matte yang sedikit tak merata, tersenyum lebar saat menyambut pelanggannya.

"Cucu Oma dari mana?" ucapnya sembari berdiri dari kursi yang didudukinya saat menyapa DW Indonesia.

Sesekali saat merasa letih, dia duduk di kursi lipat di belakang pintu kaca di kafe itu. Semangatnya mungkin berkobar tapi usia tak bisa bohong. Wasinah yang hampir berusia 80 tahun ini memutuskan bekerja sebagai penyambut tamu di Uma Oma Café, di Blok M, Jakarta.

Beberapa orang mungkin kebingungan melihat nenek-nenek masih harus bekerja sebagai penyambut tamu di sebuah kafe, eksploitasi lansia katanya. Namun buat sebagian lain, ini adalah pemberdayaan lansia. Semangat para lansia patut diacungi jempol, kata mereka.

Wasinah justru tak peduli apa kata orang. Dengan tubuh kecilnya, Oma Wasinah, sapaannya, justru ingin tetap bekerja. "Ya, lumayan uangnya buat jajan," kata dia. "Anak saya sebenarnya tidak setuju, tapi ya saya tetap mau kerja. Saya tidak mau di rumah saja."

Oma yang 'tidak bisa diam'

Ibu tujuh orang anak itu mengungkapkan keengganannya untuk di rumah saja dan duduk-duduk diam. Dia ingin tetap produktif dan bekerja. "Enakan di sini. Bahagia dong, bisa ketemu banyak orang, banyak temannya. Bisa ngobrol dan ketawa-ketawa. Jadi tidak sakit badannya."

Dengan bangga, dia juga mengatakan kerap naik-turun kafe 3 lantai ini, meski sebenarnya dia tak diharuskan melakukan itu.

Sehari-hari, Wasinah diantar jemput dijemput oleh anak bontotnya. Dia membonceng sepeda motor ke rumah di area Kebayoran menuju Blok M. "Sebelum di sini, saya kerja di restoran di Blok M, jadi tukang masak. Lalu restorannya kebakaran jadi tidak kerja lagi." 

Restauran Uma Oma di Jakarta
Meski pekerjakan lansia, karyawan di Uma Oma Cafe masih didominasi mereka yang berusia produktif.Foto: C. Andhika/DW

"Lalu saya juga jualan peyek. Pernah itu ya saya dapat pesanan peyek banyak sekali karena saya punya langganan itu punya restoran soto yang banyak cabangnya. Jadi saya bawa sendiri semua peyeknya 4 kardus besar itu saya tumpuk dan saya naik metro mini," kisahnya sambil perlahan-lahan ingatannya mulai kembali bahwa pekerjaannya itu dilakukan di era 1980-an.

Niatnya untuk tetap bekerja pun tidak pernah pupus, dia pun mendaftar ke sebuah yayasan yang menyalurkan pekerja lansia. Diakui, tidak mudah baginya mencari tempat kerja baru di usianya kini. Kehadiran Uma Oma membuat harapan baru baginya untuk bisa tetap bekerja. 

Pemberdayaan lansia

Saat bekerja, Wasinah tidak ngoyo atau memaksakan diri. Tugas Wasinah dan rekan kerjanya siang itu, Rustianah, adalah menyambut tamu dan mengarahkan mereka ke area pemesanan.

Rustinah yang siang itu bertugas di balik pintu masuk dengan cekatan membantu membuka pintu. "Wah kalau jam segini ramai, ramai yang cari oma. Oma mana, Oma mana? Ya, kan kami ikonnya," kata Rustinah.

Ucapan Rustianah dibenarkan oleh Dini Nurhaliza, Supervisor Uma Oma. Dia menyebut bahwa para oma ini yang jadi daya tarik kafe.

"Banyak yang ajak foto bareng, cariin oma. Kadang mereka suka sedih kalau kami bilang, oma lagi istirahat," kata Dini Nurhaliza kepada DW Indonesia.

Dini mengungkapkan bahwa saat ini mereka bekerja sama dengan empat orang perempuan lanjut usia. Para oma yang berusia rata-rata 70-80 tahun ini punya jadwal kerja di pagi dan siang hari.

Utamakan lansia di sekitar kafe

Mempekerjakan para lansia memang bukan hal yang umum dilakukan. Namun Uma Oma tampaknya punya pola pikir berbeda. Dini menyebut, Junaedi Salat, sang pemilik justru ingin memberdayakan lansia.

"Kafe ini tercipta dari kenangan dan kerinduan akan kehangatan seorang nenek. Dari situ terinspirasi untuk memberdayakan para oma," katanya. 

Restauran Uma Oma di Jakarta
Para oma yang dipilih bekerja di Uma Oma tinggal tidak begitu jauh dari lokasi kafe, dan mau bekerja karena keinginan sendiri.Foto: C. Andhika/DW

Dini bahkan mengungkapkan kalau kehadiran oma di kafe ini disambut baik oleh pelanggan. Sampai saat ini tak ada komentar miring terkait anggapan eksploitasi pekerja lanjut usia. 

"Tidak ada sih, sampai saat ini semuanya justru antusias. Pelanggan senang dan komentarnya positif dan sering memberi semangat buat oma supaya tetap sehat. Kami juga senang ada oma di sini, jadi berasa punya oma benaran."

Para oma pekerja ini digandeng Uma Oma melalui sebuah yayasan. Dini mengatakan, para oma yang dipilih tinggal tidak begitu jauh dari lokasi kafe, dan mau bekerja karena keinginan sendiri. "Kami juga minta izin ke keluarganya apakah oma boleh kerja atau tidak."

Konsep makanan rumahan

Dengan konsep kafe rumahan, Uma Oma, menggambarkan nuansa vintage, asri, namun hangat seperti layaknya rumah nenek. Tak lupa, hiasan piring-piring jadul dan rantang blirik hijau yang populer di tahun 1960-an juga dipajang di sudut dapur sebagai penyemarak. Di sebelahnya, jajaran wadah-wadah makanan siap saji terlihat menggoda selera.

Di kafe yang berdiri sejak 10 September 2023 ini punya beberapa menu yang jadi andalan antara lain nasi cumi hitam oma, empal gentong oma, ayam goreng sambal cobek, sampai nasi lidah melawai. Kalau kurang, pelanggan masih bisa pesan berbagai sayur dan lauk dari buku menu. Selain itu, para cucu oma juga bisa menikmati berbagai minuman dan makanan kekinian mulai dari kopi sampai pisang goreng gula aren.

Makin banyak restoran berkonsep inklusivitas

Konsep restoran dan kafe yang mempekerjakan lansia sebenarnya bukan hal baru. Di beberapa negara, sudah ada restoran yang menggandeng lansia sebagai pekerja.

The Restaurant of Order Mistakes di Tokyo misalnya. Di 2019, restoran pop-up Jepang ini muncul dengan menggandeng lansia pengidap demensia untuk jadi pelayan restoran. "Seperti orang lain, kesadaran saya akan demensia pada awalnya cenderung mengarah pada gambaran negatif tentang orang-orang yang 'sangat pelupa' dan 'berkeliaran tanpa tujuan," kata pemilik restoran Shiro Oguni dikutip dari Japan Gov. 

"Namun sebenarnya, mereka bisa memasak, bersih-bersih, mencuci pakaian, berbelanja, dan melakukan hal-hal 'normal' lainnya. sesuatu untuk diri mereka sendiri."

Selain Jepang, negara lain seperti Amerika juga sudah mulai melirik para lansia untuk menjadi karyawan, khususnya di bidang fast food.

Mengutip media Seattle Times, para perekrut mengatakan pekerja yang lebih senior memiliki soft skill, sikap ramah, ketepatan waktu, yang sering tidak dimiliki pekerja muda. Namun dalam laman itu disebutkan bahwa hal ini juga kemungkinan karena memiliki karyawan lansia berarti juga bisa menekan ongkos operasional.

Terlepas alasan apa pun, memperkerjakan minoritas termasuk lansia menjadi sebuah langkah pemberdayaan yang menarik. Beberapa restoran dan kafe di dunia tampaknya sudah memasuki era inklusivitas. Selain Uma Oma, beberapa restoran dan kafe di Indonesia juga mulai memberdayakan kelompok minoritas agar merasa lebih terlibat dalam kehidupan sosial. (ae)

 

Jangan lewatkan konten-konten eksklusif yang kami pilih setiap Rabu untuk kamu. Daftarkan e-mail kamu untuk berlangganan Newsletter mingguan Wednesday Bite.

C. Andhika S. Detail, humanis, dan tidak ambigu menjadi pedoman saya dalam membuat artikel yang berkualitas.