1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
SosialGlobal

Oxfam: Harta Lima Orang Terkaya di Dunia Melonjak 114%

16 Januari 2024

Sejak 2020, kekayaan para miliarder bertambah hingga 114%. Sementara total kekayaan 4,77 miliar orang termiskin, atau 60% populasi dunia, telah menurun. Oxfam mendesak pemerintah memperbaiki kesenjangan sosial ini.

https://p.dw.com/p/4bHow
Elon Musk
Elon Musk yang merupakan CEO Tesla, SpaceX, dan pemilik media sosial X adalah orang terkaya di duniaFoto: Alain Jocard/AFP

Lima orang terkaya di dunia telah menggandakan kekayaannya sejak 2020. Sementara total kekayaan 4,77 miliar orang termiskin, yang merupakan 60% populasi dunia, telah mengalami penurunan sebesar 0,2% secara riil, menurut laporan baru dari organisasi amal Oxfam International.

Laporan lembaga asal Inggris pada Senin (15/01) ini, dirilis bersamaan ketika para elit global berkumpul di Forum Ekonomi Dunia di Davos.

Kelompok anti-kemiskinan tersebut menemukan bahwa seorang miliarder kini menjalankan atau menjadi pemegang saham utama 7 dari 10 perusahaan terbesar di dunia.

Kekayaan gabungan dari lima orang terkaya di dunia yakni Elon Musk, Bernard Arnault, Jeff Bezos, Larry Ellison, dan Mark Zuckerberg telah meningkat sebesar $464 miliar atau 114%, menjadi $869 miliar pada tahun lalu.

Kesenjangan antara si kaya dan si miskin cenderung meningkat

Diperkirakan bahwa 148 perusahaan top dunia menghasilkan keuntungan sebesar $1,8 triliun, melonjak sebesar 52% dibandingkan dengan rata-rata laba bersih pada periode 2018-2021. Laba itu memungkinkan penggajian yang besar kepada para pemegang saham bahkan ketika jutaan pekerja menghadapi krisis biaya hidup karena inflasi menyebabkan pemotongan upah secara riil.

"Ketidaksetaraan ini bukanlah suatu kebetulan; kelas miliarder memastikan perusahaan-perusahaan memberikan lebih banyak kekayaan kepada mereka dengan mengorbankan orang lain," ujar Direktur Eksekutif interim Oxfam International, Amitabh Behar.

Untuk mengatasi ketidakseimbangan ini, Oxfam mendesak pemerintah untuk membatasi kekuasaan perusahaan dengan menghancurkan monopoli, menerapkan pajak atas keuntungan dan kekayaan yang berlebihan, dan mempromosikan alternatif lain dari kontrol pemegang saham seperti bentuk kepemilikan karyawan.

"Kekuatan korporasi digunakan untuk mendorong ketidaksetaraan: dengan memeras pekerja dan memperkaya pemegang saham yang kaya, menghindari pajak, dan memprivatisasi negara," kata Oxfam.

Analisis Oxfam juga menunjukkan bagaimana "perang melawan pajak" oleh perusahaan telah menyebabkan tarif pajak perusahaan yang efektif turun sekitar sepertiga dalam beberapa dekade terakhir.

"Di seluruh dunia, anggota sektor swasta tanpa henti mendorong tarif yang lebih rendah, lebih banyak celah, lebih sedikit transparansi, dan langkah-langkah lain yang bertujuan untuk memungkinkan perusahaan berkontribusi sesedikit mungkin ke kas publik," kata Oxfam.

ha/rs (AFP, Reuters)