1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
EkonomiEropa

Eropa Selatan Berjuang Cegah Kebakaran Hutan Terus Berlanjut

Lisa Stüve
2 Agustus 2023

Kebakaran hutan dan semak yang menghancurkan di Eropa selatan menimbulkan kerusakan ekonomi sangat besar. Apa artinya ini bagi penduduk setempat, yang sebagian besar dari mereka bergantung pada pariwisata?

https://p.dw.com/p/4UdqU
Turis di Pulau Rhodes, Yunani, melarikan diri dari amukan api
Turis di Pulau Rhodes, Yunani, melarikan diri dari amukan apiFoto: Eurokinissi /Stringer/AFP

Foto-foto turis yang melarikan diri dari kebakaran di Pulau Rhodes, Yunani, atau kebakaran hutan yang mengamuk di luar kendali di Sisilia telah mendominasi berita utama di media-media Eropa. Ilmuwan yakin bahwa peristiwa cuaca ekstrem, seperti gelombang panas, akan lebih sering terjadi di Eropa di masa mendatang.

Wilayah di sekitar Laut Mediterania menghangat dengan sangat cepat, menurut Organisasi Meteorologi Dunia. Pada bulan Juli saja, lebih dari 50.000 hektar hutan terbakar di Yunani. Kebakaran di Spanyol telah mencapai skala ini pada awal April, menurut data dari Sistem Informasi Kebakaran Hutan Eropa, EFFIS.

Sepanjang tahun 2022 saja, area seluas sekitar 800.000 hektar musnah di Uni Eropa (UE). Perkiraan kerugian mencapai setidaknya 2 miliar euro, kata Janez Lenarcic, Komisaris Uni Eropa untuk Bantuan Kemanusiaan dan Manajemen Krisis, pada Januari 2023.

Kebakaran menghancurkan ekonomi

Kebakaran tak terkendali yang berkobar selama berhari-hari tidak hanya berdampak buruk bagi alam, melainkan juga menghancurkan mata pencaharian dan merugikan perekonomian.

Sarah Meier, yang meneliti peristiwa cuaca ekstrem dan dampak ekonomi dari kebakaran di University of Birmingham, mengatakan bahwa saat kebakaran terjadi, produk domestik bruto (PDB) menurun. "Angka pekerjaan untuk sektor pariwisata menunjukkan bahwa lebih sedikit orang yang bekerja setelah kebakaran," katanya kepada DW.

Di Uni Eropa yang beranggotakan 27 negara, negara-negara yang terkena dampak kebakaran hutan dapat mengajukan permohonan bantuan dari Brussel. Yunani misalnya, mengerahkan lebih dari 500 petugas pemadam kebakaran, dibantu dengan sembilan pesawat pemadam kebakaran tambahan yang dikirim UE. Semua biaya ini ditanggung oleh UE.

Selain itu, dana untuk rekonstruksi juga dapat disserap melalui dana solidaritas Uni Eropa diputuskan oleh Parlemen Eropa.

Pesawat pemadam kebakaran menyemburkan air di kawasan pegunungan dekat Palermo, Italia
Pesawat pemadam kebakaran menyemburkan air di kawasan pegunungan dekat Palermo, ItaliaFoto: Alberto Lo Bianco/LaPresse/AP Photo/picture alliance/dpa

Kebakaran dan pariwisata di selatan Eropa

Industri perjalanan mungkin sama pentingnya bagi Yunani seperti halnya industri otomotif bagi Jerman. Sekitar 20% dari output ekonomi Yunani berasal dari pariwisata. Di Spanyol dan Italia masing-masing 12% dan 9%.

Dalam jangka panjang, peristiwa kebakaran hutan yang berlanjut bisa membuat kawasan tujuan wisata Eropa yang terdampak bisa kehilangan daya tariknya. Gelombang panas dan kebakaran hutan akan merugikan perekonomian, kata lembaga pemeringkat internasional Moody's dalam laporan terbarunya.

Berdasarkan model iklim, Moody's menunjukkan bahwa wilayah pesisir sebagai tujuan wisata akan menurun secara signifikan di bawah berbagai skenario pemanasan, sementara lebih banyak negara utara dapat memperoleh daya tarik baru.

Meskipun demikian, "pariwisata di wilayah Mediterania tidak akan runtuh dalam semalam," kata Harald Zeiss, direktur Institut Riset Pariwisata di Universitas Harz, Jerman. Dia mengatakan kepada saluran TV Jerman ZDF bahwa musim perjalanan bisa saja berubah, karena wisatawan mungkin lebih suka berlibur di wilayah Mediterania selama musim semi atau musim gugur ketimbang di musim panas.

"Kebakaran hutan dan kejadian ekstrem lainnya dianggap oleh orang-orang sebagai peristiwa regional yang terisolasi, dan bukan penghalang," kata Petro Beritelli dari Pusat Penelitian Pariwisata dan Transportasi di Universitas St. Gallen, Swiss. Dia mengatakan kepada DW bahwa tujuan wisata seperti Dubai atau Las Vegas menunjukkan bahwa panas yang ekstrim tidak menghalangi orang untuk bepergian ke tempat-tempat seperti itu.

Bisakah inovasi menyelamatkan pariwisata?

Johann Goldammer, Direktur Pusat Pemantauan Kebakaran Global, GFMC di Freiburg, Jerman, menyarankan lebih banyak inovasi untuk menahan kebakaran hutan dan semak dalam jangka panjang. "Akibat urbanisasi, terlalu banyak tanah yang terbengkalai, dan perubahan iklim, disertai periode kering dan gelombang panas, memperparah hal ini. Kebakaran praktis tak terelakkan," katanya kepada DW.

Johann Goldhammer berpendapat bahwa pariwisata harus menjadi "lebih berkelanjutan dan partisipatif". Pariwisata massal harus dibatasi, misalnya dengan kemungkinan membantu petani Yunani di perkebunan zaitun atau kebun anggur mereka, katanya.

Setelah kebakaran dahsyat di pulau Euboea, Yunani, pada tahun 2021, Johann Goldammer mempresentasikan proposalnya kepada pemerintah Yunani, termasuk konsep penggunaan lahan jangka panjang dan langkah-langkah untuk mencegah kebakaran. Alih-alih hanya berfokus pada peningkatan kapasitas pemadaman kebakaran, yang harus diutamakan adalah pencegahan, katanya.

Portugal sudah mengambil langkah konkret setelah kebakaran hutan besar pada 2017. Sebagai upaya mencegahnya, pemerintah misalnya melarang penanaman kembali pohon kayu putih, karena terlalu mudah terbakar. Data-data terbaru menunjukkan, kebakaran di Portugal tidak separah di Spanyol, Italia, dan Yunani.

(hp/yf)