1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Afghanistan Usahakan Perundingan dengan Taliban

13 September 2011

Hingga akhir 2014 pasukan asing akan ditarik dari Afghanistan. Tetapi NATO masih terus berperang melawan Taliban. Sementara pemerintah Afghanistan lebih mengandalkan perundingan.

https://p.dw.com/p/12XvJ
Foto: AP

Kedengarannya seperti rencana yang masuk akal. Sementara NATO menambah jumlah pasukan di Hindukush dan menekan kelompok perlawanan secara militer, pemerintah Afghanistan bisa menjalankan perundingan perdamaian. Juni 2010, Presiden Hamid Karsai menyerukan, "Saudara Taliban, kita semua orang Afghanistan. Mari kita membangun kembali negara ini bersama-sama."

Bukan Mitra Bicara

Setahun kemudian sepertinya tetap belum ada kontak langsung dengan pimpinan Taliban. Perundingan belum berlangsung. M

Mantan fungsionaris Taliban Abdul Salaam Saeef menjelaskan, "Kami tidak ingin berbicara dengan pemerintah Karsai. Paling-paling dengan NATO. Masalahnya hanyalah warga asing. Merekalah lawan Taliban. Dan hanya mereka yang relevan."

Masoom Stanakzai dari dewan perdamaian pemerintah Afghanistan tidak sependapat. "Mereka menganggap kami tidak relevan. Di mana alamat kalian? Kalian bahkan tidak bisa keluar dari persembunyian kalian. Bagaimana kalian mau memimpin negara ini?"

Tetapi tidak banyak waktu yang tersisa bagi pemerintah Karsai dan sekutunya. Menurut jurnalis Fahim Dasty, ini diketahui oleh para pemberontak. "Mereka yakin bisa menguasai Afghanistan kembali setelah 2014. Dalam dua atau tiga tahun. Mengapa mereka harus bernegosiasi, selama mereka masih punya posisi yang kuat?" Taliban terus berusaha mencapai sasarannya. Jurnalis Dahsty yakin akan hal tersebut. Untuk itu Taliban tidak akan mengalah atau menghormati demokrasi dan hak asasi manusia. 

Libatkan Pakistan

Seema Samar, ketua komisi HAM Afghanistan sebaliknya tampak tenang. Kemajuan sejak 2001 mungkin agak lambat, namun warga Afghanistan tidak akan menyerahkan kembali begitu saja apa yang telah tercapai. Pemerintah tidak boleh mempertaruhkan segalanya hanya untuk sebuah perundingan. "Hak asasi manusia tidak boleh diabaikan. Proses harus transparan dan didukung publik. Dan kaum perempuan harus dilibatkan."

Sepertinya hanya tekanan dari luar yang bisa menggerakkan kelompok perlawanan untuk menyetujui perundingan perdamaian. Karena itu, mantan duta besar Inggris di Kabul Sherrard Cowper Coles berpendapat, "Pakistan harus dilibatkan. Karena di Pakistanlah Taliban menemukan tempat persembunyian dengan ijin pihak militer. Dan ini akan menambah tekanan bagi Taliban."

Namun, pemikiran strategis Pakistan berorientasi pada perhitungan situasi politik dalam negeri dan hubungan dengan musuh bebuyutan India. Dengan ini pimpinan Taliban Mullah Omar dapat terus bermain dengan waktu.

Sabina Matthay/Vidi Legowo-Zipperer

Editor: Agus Setiawan