1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

310811 Pakistan Terrorismus

1 September 2011

Perkembangan kelompok militan di Pakistan dainggap mengkhawatirkan. Pakistan merupakan negara berkekuatan nuklir, yang duapertiga dari 180 juta penduduknya masih buta huruf.

https://p.dw.com/p/12RQX
Gambar simbol Pakistan dan terorisme

Pada tanggal 22 Agustus lalu teroris Atijatullah Abdel-Rahman tewas dalam serangan udara yang dilakukan Amerika Serikat. Orang nomor dua Al Qaida ini, seperti juga Osama bin Laden, menjadikan Pakistan sebagai negara tempat berlindung, demikian laporan media-media. Berita ini membuat para pakar keamanan merasa khawatir. 

40 tahun lamanya Talat Masood bertugas di militer Pakistan. Ia pensiun sebagai letnan jenderal pada tahun 1991, dan menjadi penasehat di Departemen Pertahanan. Kini ia menjadi duta Pakistan dalam isu politik, militer dan nuklir. Menurut Talat Masood, organisasi teroris, seperti Taliban dan Jaringan Haqqani, merupakan wakil-wakil suku di Pakistan.

Ia pun menjelaskan, mengapa Islamabad tidak memiliki konflik dengan mereka, "Pakistan menganggap harus hidup bersama dengan suku-suku ini. Walaupun Amerika Serikat memerangi mereka. Pakistan tidak ingin memerangi mereka, karena tujuan utamanya adalah menghancurkan kelompok militan yang menentang Pakistan. Dan tidak ingin terlalu melibatkan diri dengan Taliban dan kelompok militan Afghanistan. Menurut saya terdapat perbedaan persepsi dan juga prioritas."

Saat dunia Barat merasa lega dengan kematian Osama bin Laden atau Abdel-Rahman, kabar kematian ini diterima dengan perasaan campur aduk di Pakistan.

Serangan pesawat tak berawak Amerika Serikat tidak selalu akurat. 10 warga sipil Pakistan harus turut tewas dalam serangan yang ditujukan pada seorang teroris. Ini menyebabkan rasa anti Amerika berkembang di Pakistan. 

Talat Masood berpendapat, "Saya pikir, cara terbaik untuk memerangi teroris adalah dengan dukungan warga Pakistan. Dan untuk itu, pemerintah perlu melakukan analisa dan penjelasan yang bagus; kenapa kelompok militan cenderung menjadi radikal, dan kebijakan apa yang tepat untuk memeranginya. Misalnya dengan menyediakan pekerjaan, pendidikan, dinas rahasia yang efektif dan dukungan warga, media independen dan lainnya."

Hanya demokrasi sebagai sistem politik yang akan membuat para politisi turut menyertakan warganya dalam mengambil keputusan. Ini merupakan bentuk pemerintahan terbaik, dikatakan Talat Masood, dan menyarankan Pakistan untuk melakukan reformasi.

Sementara itu, Olaf Kellerhoff, kepala Yayasan Friedrich Naumann di Pakistan, memanandang para elit penguasa Pakistan dengan kritis. Olaf Kellerhoff berpendapat, lemahnya kepemimpinan politik dan militer turut berperan semakin radikalnya kelompok militan Islam.

Menurut Olaf Kellerhoff, Pakistan dan warganya terutama membutuhkan rasa hormat dari negara lain. Pada dasarnya hubungan bilateral seperti hubungan pernikahan, kritik yang menyeleruh biasanya ditanggapi dengan argumen panas. Rasa hormat dapat membuka pintu menuju dialog. Dan rasa hormat ini dibutuhkan Pakistan, terutama saat ini, lebih besar dari sebelumnya.

Ute Hempelmann/Yuniman Farid

Editor: Ayu Purwaningsih