1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Dampak Perubahan Iklim Bagi Nelayan Filipina

Mabel Gundlach6 November 2013

Penangkapan ikan berlebihan memperburuk situasi di beberapa lokasi di Filipina, yang sebenarnya juga telah menderita akibat perubahan iklim. Bagaimana para nelayan mengatasi masalah tersebut?

https://p.dw.com/p/1ACC3
Foto: AP

Waktu menunjukan pukul empat pagi, ketika para nelayan menebarkan jala di Silonay. Setelah itu, mereka harus menunggu. Baru setelah matahari terbit, Francisco Fortu akan melihat apakah hasilnya memuaskan. Dulu, dalam sehari ia bisa menangkap seratus kilo ikan. Beberapa tahun terakhir, hanya sebagian kecil dari itu.

Setelah tiga jam, para nelayan kembali ke desa. Hasil tangkapannya, mereka jual di pasar lokal. Jumlahnya makin hari makin sedikit. "Uang penghasilannya bahkan tidak cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Ini hanya cukup untuk membayar biaya kapal, seperti bahan bakar. Untuk diri sendiri, tak mendapat apa-apa", keluh Fortu.

Rumah Terendam Air

Silonay terletak di Pulau Verde - jalur perairan sepanjang sekitar seratus kilometer di utara Filipina, yang merupakan habitat berbagai hewan dan tumbuhan. Tercatat ada lebih dari seribu spesies ikan hidup disana. Termasuk 300 spesies terumbu karang. Keanekaragaman spesies yang sangat besar.

Akibat perubahan iklim, selama beberapa dekade suhu meningkat. Cuaca buruk juga makin sering melanda, sementara permukaan laut pun naik. Selain itu, penduduk di pulau-pulau sekitar Verde dihadapkan masalah lain, seperti penangkapan ikan yang berlebihan.

Dampak perubahan iklim di Silonay sudah terasa. Baik karung pasir atau tindakan lain tak mampu mencegah hal itu. Delapan tahun lalu rumah-rumah berada di daratan, kini terendam air.

Warga Aktif Terlibat

Walau desa terendam, warga tetap ingin tetap tinggal di sana. Sebagai upaya perlindungan, mereka menanam ribuan pohon bakau, yang dipakai untuk menghalangi terjangan badai. Dan kini juga menjadi sumber pendapatan. Warga menyewakan kayak untuk wisatawan yang ingin menjelajahi cagar mangrove Silonay.

"Sangat penting bahwa setiap anggota masyarakat bekerja sama untuk mencapai tujuan. Karena, jika tidak begitu, segala sesuatu yang sudah dimulai, akan sia-sia. Dan jika tidak membantu diri kita sendiri tidak ada yang akan membantu kami. Jadi kita benar-benar harus bekerja bergandengan tangan sebagai sebuah tim. "

Symbolbild Fischernetz Netz Fischerei
Tidak jarang nelayan pulang dengan jaring kosongFoto: Fotolia/Gabriele Rohde

Manila, ibukota Filipina terletak di pulau tetangga. Perubahan iklim diyakini akan mempengaruhi seluruh negeri. Untuk mengamankan masa depan, pemerintah Filipina telah membentuk Komisi Perubahan Iklim.

Gubernur Mindoro Alfonso Umali juga anggota komisi tersebut. Sasaran komisi bukan hanya mengantisipasi bencana, tapi juga langkah pencegahannya. "Banyak hal telah dilakukan Komisi Perubahan Iklim. Ada perencanaan. berupa konsultasi. Semua pemangku kepentingan duduk di satu meja, kemudian mendiskusikan apa yang harus dilakukan dalam situasi ini.“

Penangkapan Akan Bertahan

Satu jam bermobil dari Manila, terdapat kota pelabuhan Calatagan. Pusat penangkapan ikan komersial. Para nelayan menunggu dengan was-was, bagaimana hasil tangkapan kapal yang kembali ke pelabuhan. Di masa depan, tangkapan ikan tak lagi melimpah. Karena itu ikan harus dilindungi, khususnya saat memijah.

Setelah diskusi alot, pemerintah dan nelayan meyepakati penghentian sementara penangkapan pada periode tertentu. Seperti rekan-rekan mereka di Silonay, nelayan di Calatagan juga harus memikirkan, bagaimana mereka masih bisa memperoleh pendapatan. Aktivitas di pelabuhan Calatagan sementara ini mereda. Tapi penangkapan akan tetap bertahan untuk jangka panjang.