1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Yang Terlahir Sebagai Perdana Menteri

9 Mei 2015

David Cameron sukses mengamankan masa jabatan kedua. Padahal di awal karirnya, tidak banyak yang mengira pria ningrat ini akan mampu mengubah partainya yang kaku dan membawa Inggris kembali ke pangkuan konservatisme.

https://p.dw.com/p/1FMsh
Großbritannien Wahlen Interview David Cameron Fernsehen
Foto: Reuters/S. Rousseau

Senyum tipis menghiasi wajah David Cameron ketika ia mengumumkan kemenangan Partai Konservatif pada pemilu legislatif Inggris, Jumat (8/5). Rautnya tidak banyak bercerita tentang hari-hari mendebarkan yang lewat, ketika nyaris semua jajak pendapat meramalkan keruntuhan sang perdana menteri.

Tapi Cameron bertahan dan mendulang. Partai Konservatif yang diduga akan timpang, malah merebut mayoritas mutlak dari tangan Labour dan Ukip yang radikal kanan. "Kemenangan ini adalah yang paling manis dari yang pernah ada," ujar Cameron yang sesumbar akan melakoni "politik untuk semua" lewat pemerintahan yang baru.

Padahal awalnya tidak banyak yang menduga bahwa putra pialang saham yang beribukan seorang ningrat itu akan bermandikan sukses di panggung politik London. Kepemimpinannya di Partai Konservatif bahkan sempat dihiasi cibiran lantaran penampilan dan usianya yang tergolong muda.

Tapi justru Cameron yang kemudian membawa Partai Konservatif kembali ke puncak kekuasaan setelah 13 tahun mendekam di bangku oposisi. Secara lihai ia mengangkat isu-isu spesifik seperti pernikahan gay dan lesbian atau perubahan iklim. Sejak kepemimpinannya, Partai Konservatif perlahan kembali dilirik pemilih muda dan masyarakat perkotaan.

Cameron tumbuh dan besar di kalangan atas. Sejak usia delapan tahun ia sudah mengenyam pendidikan swasta berbiaya selangit. Memasuki masa remaja ia dikirim ke Eton College, sekolah elit yang sudah melahirkan 19 perdana menteri dan tercatat sebagai sekolah termahal di Inggris.

Tidak banyak diketahui tentang kiprahnya ketika duduk di bangku sekolah. Pun saat Cameron mendalami pendidikan politik di Oxford, ia cenderung menghindar dari kegiatan politik mahasiswa.

Setelah malang melintang di bidang politik dan ekonomi, Cameron akhirnya mendapat kesempatan terbesar pada kongres Partai Konservatif tahun 2005. Ia tidak banyak dikenal saat itu. Tapi pidatonya yang legendaris mengubah situasi sepenuhnya. Pada kesempatan yang sama ia mendulang dukungan punggawa partai, hingga akhirnya terpilih sebagai ketua umum di usia 39 tahun.

Serupa dengan kemenangan "termanis" pada pemilu terakhir, Cameron lihai menyimpan emosi dan cuma melemparkan senyum terkulum seusai merebut kursi tertinggi di partai. Dan saat itu pun tidak ada yang mengira, bahwa lima tahun kemudian Tories akan berkuasa dan bertahta untuk kedua kalinya di 2015.

rzn/vlz (dpa,ap,rtr,guardian,bbc,telegraph)