1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

'Wrong Planet' bagi Pengidap Autisme

Benjamin Mack4 Januari 2013

Sindrom Asperger selama ini dianggap sebagai hukuman mati dalam dunia sosial. Namun kini para pengidap autis dapat bertemu di dunia online, yang juga membantu mempromosikan kesadaran.

https://p.dw.com/p/17DbA
Foto: Fotolia/Foto-Ruhrgebiet

"Pendiam, tanpa emosi, anti-sosial."

Itu adalah kata-kata yang kerap digunakan untuk menggambarkan seseorang dengan sindrom Asperger. Kelainan ini masuk ke dalam spektrum autisme yang dapat menghambat perkembangan sosial dan mental seseorang.

Tidak jarang para penderita Asperger menjadi korban dalam masyarakat, menurut Dr. Fred Volkmar, direktur Pusat Studi Anak-anak di Universitas Yale.

Sulit untuk menyebut secara pasti berapa orang yang menderita Asperger - di Jerman diperkirakan sekitar 250.000 orang.

Minat mengganggu fungsi sosial

Sindrom Asperger diberi nama sesuai seorang dokter Jerman, Hans Asperger, yang pertama kali mendeskripsikan kondisi tersebut tahun 1944.

Pengidap generasi muda kerap disebut 'profesor cilik' oleh anggota keluarga. Mereka dapat melafalkan fakta-fakta mengenai subjek favorit secara cepat lengkap dengan semangat yang menggebu-gebu.

Meski pemalu sebagai pribadi, tapi banyak orang autis yang aktif secara online
Meski pemalu sebagai pribadi, tapi banyak orang autis yang aktif secara onlineFoto: Fotolia/Gina Sanders

Volkmar pernah melihat beragam minat yang ditunjukkan para pasiennya mulai dari Titanic, penggorengan kentang hingga kulkas dan lempeng tektonik. Meski begitu, para penderita Asperger kesulitan dengan hal-hal yang kerap tidak kita hiraukan.

Minat khusus mereka mengganggu kemampuan mereka untuk belajar hal lain dan bersosialisasi, kata Volkmar.

Dampak dari bullying di sekolah dan rasa cemas akibat kondisi yang diderita berujung pada kesulitan untuk menjalin hubungan sosial.

"Mereka ingin punya teman. Mereka tidak mau terisolasi secara sosial," jelas Volkmar.

Di dalam 'Wrong Planet'

Internet membantu orang-orang dengan Asperger mengatasi isolasi sosial, menurut Alexander Plank, pendiri lembaga nirlaba Autism Rights Watch (ARW).

"Waktu saya didiagnosa, saya benar-benar tidak tahu siapa pun yang mendapat diagnosa sama," ungkap Plank.

Autisme banyak dijumpai pada anak lelaki
Autisme banyak dijumpai pada anak lelakiFoto: DW

Tahun 2004, Plank memulai komunitas online Wrong Planet untuk berhubungan dengan penderita autisme lainnya.

Tahun 2010, Plank memulai program televisi internet Autism Talks TV. Melalui video-video Youtube, Plank mencoba untuk membantu orang autis lainnya mempelajari norma-norma dan aturan sosial.

Kini, Wrong Planet sudah memiliki lebih dari 70.000 anggota – menjadikannya komunitas online terbesar bagi para pengidap autisme.

Mempromosikan kesadaran

Namun popularitas Wrong Planet tidak didapat secara cuma-cuma. Pada tahun 2006, Plank dituntut oleh keluarga para korban seorang anggota Wrong Planet berusia 19 tahun bernama William Freund, yang membunuh 2 orang dan kemudian bunuh diri di California. Freund mempublikasikan pesan-pesan rahasia di situs, mengatakan ia membutuhkan teman di 'kehidupan nyata' dan mempertimbangkan untuk bunuh diri.

Wrong Planet juga dikritik karena dinilai mendukung 'harga diri autis.' Sejumlah dukungan yang ditunjukkan mengatakan bahwa upaya untuk 'menyembuhkan' autisme akan merampas 'keunikan' seorang individu.

Penembakan di sebuah sekolah di Connecticut bulan Desember lalu, yang melibatkan pelaku yang dilaporkan menderita autisme, sekali lagi mengangkat diskusi menyangkut kondisi tersebut ke garis terdepan.

Namun Plank berharap situsnya dapat mempromosikan kesadaran yang lebih besar mengenai autisme.

"Mungkin saja seseorang tidak mengetahui apa itu autisme, lalu mencari tahu dan kemudian menyadari mereka mengidapnya, lantas online dan menemukan dukungan," tukasnya.