1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Wisata Sosial di Berlin

Jennifer Fraczek13 Agustus 2013

Ada wisata unik di Berlin dengan pemandu wisata seorang penganggur. Tujuannya adalah tempat-tempat penting bagi warga yang tidak punya tempat tinggal.

https://p.dw.com/p/19O8Y
Bei einer Stadtführung, die aus Sicht eines ehemaligen Obdachlosen durchgeführt wird, liegt eine Person auf einer Grünfläche am Viktoria-Luise-Platz am 30.06.2013 in Berlin-Schöneburg. Das Projekt heißt "Querstadtein - Obdachlose zeigen ihr Berlin" und führt Interessierte auf einer anderthalbstündigen Tour durch die Kieze der Obdachlosen. Foto: Jörg Carstensen/dpa
Projekt Querstadtein Obdachlose zeigen ihr BerlinFoto: picture-alliance/dpa

Carsten Voss adalah seorang pemandu wisata. Tapi dia bukan pemandu wisata biasa. Dia tidak memperlihatkan tempat-tempat yang biasa dikunjungi turis. Tujuan wisatanya adalah bangku-bangku di taman yang biasa dipakai para tunawisma. Dia memang mau memperlihatkan kehidupan kota besar dari kacamata seorang tunawisma.

Carsten Voss dulu cukup lama hidup tanpa tempat tinggal yang tetap. Menurut perkiraan, di kota Berlin ada sekitar 4000 orang yang tidak punya tempat tinggal dan hidup di jalan. Tapi kebanyakan dari mereka tidak berpakaian seperti gelandangan atau pengemis. Jadi orang tidak menyadari keberadaan mereka.

Dua warga Berlin, Sally Ollech dan Katharina Kühn merintis proyek Querstadtein. Tujuannya untuk menunjukkan kehidupan para tunawisma. Proyek semacam ini juga ada di Kopenhagen dan London. Tujuannya agar masyarakat lebih memperhatikan kehidupan para tunawisma dan tidak terlalu berprasangka buruk terhadap mereka.

Kehilangan Pekerjaan

Carsten Voss ikut mengembangkan tur wisata sosial ini. Turnya dimulai dari kawasan Schöneberg, yang tidak terlalu trendi tapi sangat toleran. Banyak tunawisma yang senang datang ke Schöneberg. Voss yang berusia 54 tahun juga dulu sering datang ke sini.

Dulu Carsten Voss bekerja sebagai manajer di sebuah perusahaan yang menyelenggarakan peragaan mode di Berlin. Karena terlalu sibuk, dia akhirnya menderita stress berat. "Ini burn out yang klasik", kata Voss. Dia kehilangan pekerjaan dan akhirnya mengucilkan diri. "Saya tidak mau mendengar atau melihat apa-apa lagi. Saya tidak bereaksi lagi," tuturnya.

Dia akhirnya mendapat perawatan psikologis. Ketika masa tunjangan pengangguran berakhir, dia tidak mau minta tunjangan sosial. Dia akhirnya kehabisan uang dan tinggal di jalanan. Itu kejadian dua tahun lalu. Sekarang, Carsten Voss sudah punya rumah lagi dan bekerja sebagai relawan di sebuah penampungan tunawisma. Tidak lama lagi dia akan ikut pendidikan tambahan. Temanya: Mengumpulkan dana untuk proyek sosial.

The Kaiser Wilhelm Memorial Church (Gedaechtniskirche) is pictured on October 22, 2010 in Berlin, Germany.
Breitscheidplatz dengan Kaiser-Wilhelm-Gedaechtniskirche di BerlinFoto: Getty Images

Jalur Wisata Sosial

Beberapa tempat yang dilewati wisata sosial sama dengan jalur wisata tradisional. Misalnya Viktoria-Luise-Platz atau stasiun kereta api Bahnhof Zoo. Lalu Breitscheidplatz dengan Puing Gereja Kaiser-Wilhelm-Kirche. Tapi Carsten Voss punya cerita lain tentang tempat-tempat itu.

Di Bahnhof Zoo misalnya, ada pasar swalayan Ullrich yang buka sepanjang minggu. Di pasar swalayan ini ada mesin untuk mengembalikan botol bekas. Banyak tunawisma mengumpulkan botol kosong dan memasukkannya ke dalam mesin ini untuk mendapat uang jaminannya.

Tempat singgah yang penting bagi para tunawisma adalah tempat penampungan yang disebut Wohnungslosen-Tagestaette, disingkat Wota. Di sini ada kantin, kamar mandi, mesin pencuci baju, telpon, internet, koran dan majalah. Semuanya disediakan dengan gratis. Tapi tidak ada penginapan. Pada musim dingin, para tunawisma sering mencari shopping mall di sekitar Breitscheidplatz untuk tidur.

Kota Berlin punya pelayanan tunawisma yang cukup baik, kata Voss. Jadi banyak tunawisma dari kota lain yang datang ke Berlin. Apalagi warga Berlin tidak punya pandangan buruk terhadap para tunawisma. Mengakhiri tur wisata sosial, Carsten Voss menjelaskan lagi tujuan tur ini, yaitu untuk menghapuskan prasangka buruk pada para tunawisma.