1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Warga Jerman Semakin Gemuk

Gudrun Heise11 Juli 2012

Temuan yang memprihatinkan: 53 persen perempuan dan 67 persen pria di Jerman kelebihan berat badan. Demikian hasil studi yang dilakukan Robert Koch Institut.

https://p.dw.com/p/15VKS
Foto: picture-alliance / Sven Simon

Beberapa tahun lalu, Sonja Berzbach yang bertinggi badan 1,74 meter masih memiliki berat badan 152 kilogram. Sekarang, perempuan berusia 34 tahun ini beratnya hanya 83 kilogram. Pada usia yang masih terlalu muda ia memutuskan untuk pindah, keluar dari rumah orangtuanya dan harus mengurus dirinya sendiri, demikian diceritakan Sonja, yang bekerja sebagai perawat, dalam wawancara dengan Deutsche Welle. “Setelah tugas malam, seringnya saya makan pizza, setelah itu coklat dan dilanjutkan dengan makanan cemilan.“ Berat badannya terus bertambah sampai ia menyadari harus menghentikan pola makannya. Diet, olahraga dan disiplin membantu Sonja keluar dari obesitas. Langkah terakhir yang dilakukannya adalah menjalani operasi. Di Troisdorf-Siglar, dekat kota Bonn, Sonja membentuk satu kelompok bagi mereka yang memiliki masalah yang sama dengannya.

Kelebihan Berat Badan yang Ringan dan Obesitas

Kegemukan didefinisikan sebagai kelebihan massa lemak tubuh, yang diukur dalam indeks yang disebut indeks massa tubuh atau IMT: Berat badan dibagi pangkat dua tinggi badan. Dari hasil penghitungan ini: kisaran berat badan normal antara 20 sampai 25 dan kegemukan ringan pada 25 sampai 30. IMT senilai lebih dari 30 dianggap sebagai obesitas Tingkat I, mulai 35 obesitas Tingkat II dan IMT lebih dari 40 merupakan obesitas tingkat III yang dianggap sebagai kasus yang membutuhkan penanganan medis. Demikian diterangkan Stefanie Gerlach dari organisasi Masyarakat Obesitas Jerman DAG.

Pola makan yang salah hanyalah satu alasan kelebihan berat badan. Kecendrungan genetik dapat juba berpengaruh pada berat badan seseorang, juga lingkungan tempat tinggal, pekerjaan dan juga tingkat pendidikan. Hasil survei menunjukkan, mereka yang memiliki pendidikan dan pendapatan lebih tinggi umumnya memiliki perilaku kesehatan yang lebih positif dan pola makan yang sehat.

Obesitas dan Konsekuensinya

Tidak hanya obesitas sendiri yang menjadi masalah utama bagi penderita, tetapi juga penyakit yang ditimbulkannya, mulai dari kerusakan sendi, diabetes sampai gangguan jantung serius. Dan tidak jarang, para penderita obesitas juga mengalami depresi. Dalam terapi menangani obesitas terlibat berbagai disiplin ilmu: penasehat nutrisi dan diet, psikolog, ahli pedagogi dan juga dokter. Di DAG terdapat lebih dari 25 kelompok dari berbagai profesi yang bekerja di bidang obesitas.

Yang Tadinya Menggemaskan menjadi Masalah

Banyak anak-anak juga memiliki berat badan berlebihan. Pola makan yang buruk, menyantap hamburger dan cemilan, bukannya buah dan sayuran, sama sekali tidak beraktivitas dan duduk berjam-jam di depan komputer menjadikan banyak anak menghadapi masalah kelebihan berat badan. Lingkaran setan dimulai, kecanduan makan semakin berat dan anak yang tadinya hanya sedikit kelebihan berat tiba-tiba menjadi obesitas.

Bagaimana keseharian seorang anak disusun? Apakah tersedia makan besar? Apakah anak untuk jangka waktu yang lama dibiarkan sendirian? Ini merupakan beberapa pertanyaan penting bagi sebuah terapi. Orangtua memiliki peran penting, dikatakan Stefanie Gerlach. “Orangtua menentukan, makanan apa yang disediakan di tumah. Orangtua juga berkewajiban untuk menerapkan aturan tertentu.“ Dan perasaan berpengaruh pada kebiasaan makan anak-anak. Anak gemuk juga merupakan masalah yang harus mendapat penanganan psikolog.

Dari 270 menjadi 100 Kilogram

Juga bagi seseorang memiliki kelebihan berat badan yang luar biasa, tidak ada cara lain selain menjalani operasi. Biasanya saluran pencernaan diperkecil sehingga makan berkurang dan lebih cepat kenyang. Setelah menjalani operasi, biasanya berat badan penderita obesitas berkurang sekitar 50 persen dan dengan metode operasi lain bahkan berkurang sampai 80 persen. Demikian dikatakan Martin Pronadl dari Rumah Sakit Alfried Krupp di Essen, Jerman.

Setiap tahunnya 120 sampai 140 penderita obesitas menjalani operasi. “Tidak jarang, berat badan penderita turun setengahnya atau turun lebih dari 120, 130 kilo setelah menjalani operasi.“ Pasien terberat yang pernah ditangani Martin Pronadl memiliki berat badan. Dan 170 kilogram disingkirkan setelah menjalani operasi, diceritakan Pronadl.

Pajak Lemak Pertama di Dunia

Untuk mencegah kegemukan pada warganya, pemerintah Denmark menempuh cara yang tidak biasa. Pada bulan Oktober 2011, Denmark mererapkan pajak lemak – yang pertama dan satu-satunya di dunia. Pajak ini diberlakukan pada makanan yang mengandung lemak jenuh lebih dari 2,3 persen, seperti pada mentega, susu, daging, pizza atau makanan instant. Untuk satu kilogram lemak jenuh, produsen harus membayar pajak sebesar 16 Krone atau sekitar 25.000 Rupiah. Ini diharapkan dapat mencegah warga Denmark memakan terlalu banyak lemak tidak sehat untuk mencegah obesitas dan penyakit terkait.

Dikriminasi terhadap Penderita Kegemukan

Kebanyakan pasien obesitas menderita tidak hanya akibat berat badan mereka, tetapi juga diskriminasi yang mereka alami sehari-hari, di kendaraan umum maupun di supermarket. Sonja Berzbach juga kerap mendapat pengalaman tidak menyenangkan, “Beberapa penderita obesitas hampir sama sekali tidak berani keluar dari rumah. Mungkin mereka masih keluar untuk melakukan kegiatan yang ditawarkan kelompok self-help, tidak lebih dari itu, “ dikatakan Sonja. Jalan jauh telah ditempuh Sonja untuk mencapai berat badan normal – dan ini dimulai dengan niat. Kini Sonja bekerja di bagian administrasi sebuah klinik besar dan dengan berat badan 83 kilogram ia merasa sangat puas.