1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Waktu Lama dan Biaya Mahal Musnahkan Senjata Kimia

19 September 2013

Presiden Bashar al-Assad berjanji akan menyerahkan senjata kimia milik Suriah sambil memperingatkan bahwa akan butuh satu tahun untuk melakukannya dengan biaya satu milyar dollar.

https://p.dw.com/p/19kUR
Foto: Reuters

Dalam sebuah wawancara penuh percaya diri dengan jaringan televisi milik Amerika Fox News, Assad berkeras bahwa Suriah tidak sedang dicengkeram perang saudara, melainkan korban infiltrasi kelompok Al-Qaeda yang didukung kekuatan asing.

Ia berkeras bahwa pasukan keamanan pemerintah tidak berada di belakang serangan 21 Agustus di pinggiran Damaskus yang menimbulkan korban tewas, dan bersumpah tetap akan menyerahkan senjata kimia mematikan tersebut.

Assad mengulangi janjinya untuk bekerja sama, tapi berkeras bahwa ia melakukannya bukan karena terpaksa akibat ancaman aksi militer Amerika Serikat.

“Saya pikir ini adalah sebuah operasi yang sangat kompleks, secara teknis. Dan itu butuh banyak uang, sekitar satu milyar (dollar AS-red),” kata dia.

“Jadi itu tergantung, anda harus menanyakan kepada para ahli apa yang mereka maksud dengan cepat. Itu membutuhkan jadwal yang pasti. Perlu setahun, atau mungkin sedikit lebih lama.”


Korban terorisme

Ditanya kenapa ia menggunakan kekuatan untuk menindas pemberontakan rakyat dan memicu perang dua setengah tahun yang diklaim menewaskan 110.000 jiwa, Assad berkeras bahwa Suriah adalah korban terorisme.

“Yang kami alami bukan perang saudara. Yang terjadi adalah perang. Sebuah jenis baru perang,“ kata dia, sambil menuding gerilyawan Islamis dari lebih 80 negara yang telah bergabung dalam pertempuran.

“Kita tahu bahwa ada puluhan ribu jihadis… kami ada di lapangan, kami tinggal di Negara ini,” kata dia membantah laporan ahli yang meyakini bahwa sekitar 30.000 dari sekitar 100.000 pemberontak berasal dari kelompok Islam garis keras.

”Apa yang bisa saya sampaikan kepada anda adalah…  80 hingga 90 persen dari kelompok teroris bawah tanah itu adalah Al-Qaeda dan cabang-cabang mereka.”

Assad mengakui bahwa pada awal kerusuhan tidak ada ada kelompok jihadi, tapi ia menuduh sejak akhir 2012, para ekstrimis Islam telah menjadi mayoritas di kalangan pemberontak.

Ia menambahkan bahwa ”puluhan ribu orang Suriah” dan 15.000 tentara pemerintah terbunuh “sebagian besar karena serangan teroris, pembunuhan dan pemboman bunuh diri.”


Semakin rumit

Sementara situasi lapangan dilaporkan menjadi semakin kompleks dan berbahaya, ketika – menurut warga – sebuah front kelompok Al-Qaeda menyerbu sebuah kota di perbatasan.

”Negara Islam Irak dan Levant (ISIS) telah merebut dan sepenuhnya menguasai Azaz. Mereka mengontrol pintu masuk ke kota,” kata Abu Ahmad, seorang aktivis yang berada di dalam kota tersebut.

Perkembangan di Azaz muncul di tengah laporan mengenai pertempuran di utara Suriah antara ISIS (yang berafiliasi dengan Al-Qaeda-red) dan pemberontak non jihadi yang berlomba-lomba menjatuhkan rezim Assad.

Konflik Suriah berkembang menjadi sangat terlokalisir, dan ISIS bertempur berdampingan dengan para pemberontak melawan tentara pemerintah di wilayah lain Negara itu.

Kelompok oposisi sangat terpecah-pecah dan Rusia mendukung klaim Assad bahwa para pemberontak berada di belakang serangan senjata kimia. Tapi klaim itu dibantah Amerika Serikat, dan juru bicara Departemen Pertahanan Marie Harf mengatakan: ”Kami tidak melihat ada laporan yang bisa dipercaya, tidak ada bukti kredibel bahwa oposisi menggunakan senjata kimia di Suriah, titik,“ kata dia.

ab/ek (afp,rtr,ap)