1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Visi Ekonomi Mega-Prabowo

22 Mei 2009

Rakyat sebagai tulang punggung perekonomian Indonesia, begitu kampanye pasangan Mega-Prabowo. Jumat (21/05), calon presiden Megawati Soekarnopoetri memaparkan kembali visi ekonomi kerakyatan itu.

https://p.dw.com/p/HvUq
Rakyat sebagai tulang punggung ekonomiFoto: AP


Calon Presiden Megawati Soekarno Putri sempat diragukan akan tampil dalam dialog ekonomi yang digelar Kamar Dagang dan Industri, di hotel Shangrila, Jakarta hari Jum'at, setelah melewatkan jadwal resminya. Namun Megawati datang dan menjanjikan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang monumental, yaitu sekitar 10 persen. Target ini, jauh melampaui target pertumbuhan ekonomi yang dipatok dua pasangan kandidat pesaingnya yang hanya menjanjikan pertumbuhan ekonomi antara 7 hingga 8 persen.

Usai memaparkan visi ekonominya dalam Dialog Calon Presiden di depan kalangan pengusaha, Megawati menyatakan, hal itu dapat tercapai jika dalam masa transisi pemerintahan empat bulan ke depan kondisi ekonomi stabil. Tuturnya, "Saya tadi bicara sama Mas Bowo (Prabowo Subianto). Mas Bowo bilang dua digit saja. Saya bilang, mas kerja kita hanya 5 tahun dan itu pendek. Hal tersebut, kami tidak akan menyebutnya sebagai suatu target, tapi kami mempunyai suatu pandangan kalau semua yang tadi saya sebut, bisa dilaksanakan, maka tumbuh dua digit itu bukan hal yang mustahil”.

Pasangan Megawati, yakni Prabowo Subianto, yang ditunjuk mengelola pos Ekonomi jika terpilih dalam Pemilu Presiden meyakinkan, target itu bukan sesuatu yang mustahil dicapai. Ia menggambarkan, “Kalau satu hektar, lahan pangan itu bisa menyerap tenga kerja 6 orang, jadi kalau kita berhasil mencetak satu juta hektar itu adalah 6 juta orang akan langsung bekerja. Jadi anda bisa hitung. Itu targetnya dalam berapa tahun? Saya kira setelah tahun keempat, kelima” . Sebelumnya, dalam diskusi di forum yang sama, calon presiden Jusuf Kalla menjanjikan pertumbuhan ekonomi 8 persen. Adapun Susilo Bambang Yudhoyono menargetkan pertumbuhan naik 7 persen pada 2010.

Lantas bagaimana tanggapan kalangan pengusaha? Menurut Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia. HIPMI, Erwin Aksa, hal itu sulit direalisasi dalam jangka pendek , “Saya kira untuk Double Digit saat ini tidak realistis, karena begitu banyak persoalan yang ada. Kalau setelah tahun keempat? Ya, kalau seluruh sektor itu bisa berjalan sesuai dengan harapan kita, mungkin itu bisa tercapai. Artinya efisiensi subsidi berkurang begitu banyak dan sebagain besar subsidi dilempar kembali ke sector sektor produktif, mungkin saja bisa”

Dalam dialog ekonomi, baik Mega, maupun Prabowo mengkritik pemerintah yang selama ini dianggap belum optimal mengelola perekonomian. Megawati menyebut pentingnya pertumbuhan ekonomi yang berkualitas, yaitu keseimbangan antara sektor barang dan jasa sekaligus. Ini diyakini akan memperkokoh fondasi dan pertumbuhan ekonomi. Meski demikian, pasangan Mega Prabowo, tidak menyebutkan secara rinci langkah ekonomi yang akan diambil. Keduanya juga menolak mengumbar program 100 hari pertama yang sering dijadikan tolak ukur keberhasilan pemerintahan.

Zaki Amrullah

Editor: Edith Koesoemawiria