1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Vettel, Prahara Seorang Juara Dunia

Rizki Nugraha25 Oktober 2013

Sebastian Vettel mungkin satu-satunya pembalap Formula 1 yang butuh lebih dari kemenangan buat mendapat pengakuan dunia F1. Padahal kualitas sang juara dunia sudah terbukti, kendati sering tidak disadari penggemar F1.

https://p.dw.com/p/1A6FU
Foto: Getty Images

Catatan karir Sebastian Vettel di ajang Formula 1 boleh jadi dipenuhi suara miring - bahwa kemenangan bocah Heppenheim itu bukan karena kemampuannya membalap, melainkan kedigdayaan mesin Renault yang dibalut seragam superman rajutan Adrian Newey. Perjalanannya musim ini juga tidak jauh dari cibiran. Di Singapura dan Monza pekikan bernada cemooh yang berasal dari tribun penonton mengiringi kemenangan Vettel.

"Vettel membuat Formula 1 membosankan," keluh Lewis Hamilton usai kemenangan pembalap Red Bull itu di Grand Prix Korea. "Kami bertarung melawan Adrian Newey," cibir Fernando Alonso merujuk pada desainer Red Bull dan sekaligus memungkiri peran Vettel sebagai pembalap.

Terlalu mudah menyebut sikap antipati terhadap Vettel bersumber pada kecemburuan semata.

Popularitas Vettel terutama merosot tajam sejak insiden di Malaysia, ketika ia mengabaikan perintah tim dan menyalip rekan setimnya, Mark Webber. Sontak suara-suara miring bermunculan. Vettel dianggap sebagai bocah yang egois, sebagai anak manja yang selalu memilih jalan sendiri.

Formel Eins Großer Preis von China 2013 Qualifying
Kesuksesannya banyak mengundang prahara dengan pembalap-pembalap lainFoto: Getty Images

Ironisnya celotehan-celotehan tersebut membekas di ingatan penggemar F1. Pada saat semacam itu, dunia F1 seakan melupakan, bahwa hal yang sama pernah mengundang sumpah serapah ketika 2010 Felippe Massa dipaksa menyingkir demi Fernando Alonso pada saat pembalap Brazil itu masih berpeluang merebut gelar juara. Atau musim lalu di Grand Prix USA ketika Ferrari secara sengaja menyabotase mobil Massa agar Alonso bisa memulai balapan dari posisi depan.

Legenda F1, Michael Schumacher menilai, penggemar F1 menambatkan hatinya pada tim-tim tradisional. Bukan Vettel yang dianggap mengganggu, melainkan kehadiran Red Bull Racing, sebuah perusahaan minuman yang menggelontorkan duit demi ketenaran dan menjadi anomali di antara nama-nama besar F1 layaknya Ferrari, McLaren atau Mercedes.

Kemampuan beradaptasi

"Saya tidak punya kesan bahwa saya memakai kostum yang salah," ujarnya menanggai komentar Schumacher. "Ketika yang lain memilih bersantai di kolam renang pasca balapan, kami masih memeras keringat di bengkel," sanggah Vettel soal rahasia sukses timnya. "Vettel memiliki ambisi yang sangat besar dan itu tercermin pada kinerja timnya," kata Niki lauda.

Gary Anderson, analis senior BBC mengomentari sosok Vettel sebagai "pembalap yang datang setiap tahun dan menyesuaikan diri terhadap apapun yang diperlukan." Tidak ada tim yang mampu menjawab semua tuntutan pembalap terhadap mobil yang akan dibesutnya. "Pada titik tertentu, pembalap lah yang harus menyesuaikan diri."

epa02559813 A handout picture released by Red Bull Racing shows Germany's Sebastian Vettel (L) of Red Bull Racing in the cockpit of the new RB7 talking with Red Bull Racing Chief Technical Officer Adrian Newey (R) during day one of Formula One winter testing at the Ricardo Tormo Circuit in Valencia, Spain, 01 February 2011. EPA/MARK THOMPSON - RED BULL HANDOUT BY GETTY IMAGES Images may only be published in print media or on the Internet. EDITORIAL USE ONLY/NO SALES
Kepala desainer Red Bull Racing, Adrian NeweyFoto: picture-alliance/dpa

Contoh terbaik adalah perubahan aturan FIA terkait desain knalpot.

Semua tim Formula 1 berusaha mengoptimalkan desain knalpot untuk menambah efek downforce kendaraan. Intinya, arus gas buang diarahkan pada tempat yang paling menguntungkan secara aerodinamika. Dengan efek ini, pembalap bisa memacu kendaraannya lebih dini usai melewati sebuah tikungan.

Sejauh ini hanya Red Bull, Lotus dan Williams saja yang secara serius mengembangkan Diffusser untuk sistem gas buang. Vettel menyadari keuntungan teknik tersebut dan berusaha memberikan arah pada pengembangan desain Red Bull sesuai dengan gaya membalapnya.

Tahun 2010 dan 2012, ketika ledakan knalpot (exhaust blowing -red) diizinkan, Vettel adalah pembalap yang paling optimal memanfaatkan teknik tersebut untuk keuntungan pribadi. 2011 FIA melarang Exhaust Blown Diffusser dan Vettel tidak kesulitan menyesuaikan diri dan menyiasati gaya membalapnya untuk menarik keuntungan optimal dari kendaraan yang dibesutnya.

Melewatkan yang terbaik

"Sejauh saya ketahui, Vettel adalah satu-satunya pembalap yang mampu beradaptasi untuk memanfaatkan teknologi desain gas buang secara maksimal. Sedangkan pembalap lain sering kesulitan atau tidak menyadari sama sekali potensi yang tersimpan pada kendaraannya," tulis Anderson yang pernah menukangi Jaguar, Williams dan Stewart sebagai direktur teknik itu.

Formel 1 Sebastian Vettel traurig frustriert
Sebastian Vettel usai memenangkan GP Malaysia menyusul bentrok dengan rekan setimnya, Mark WebberFoto: picture alliance / Sven Simon

"Sebastian mungkin adalah pembalap yang paling komplit saat ini," kata konsultan teknik Red Bull, Helmut Marko. Lebih dari itu, konsistensi Vettel yang jarang atau nyaris tidak pernah melakukan kesalahan, masih belum mampu disaingi pembalap lain musim ini.

Gabungan antara kemampuan membalap, pemahaman teknis, analisa taktik, konsistensi dan kemampuan beradaptasi inilah yang membedakan Vettel dari para pesaingnya. Secara kasar, ia mengingatkan pada sosok Alain Prost, sang professor yang merajai arena F1 pada dekade 1990-an.

Ironisnya justru kualitas pembalap Jerman itu mudah terlewatkan buat kebanyakan penggemar. Vettel adalah juara dunia buat penggila mesin atau pelahap data-data statistik. Tapi buat mayoritas yang merindukan romantisme era 80-an atau 90-an, Vettel bukan sosok Rock Star ala James Hunt, atau playboy layaknya Eddie Irvine - ia bukan seorang Lewis Hamilton yang berani mengambil risiko di atas sirkuit atau Fernando Alonso yang selalu mampu kembali ke depan menyusul hasil kualifikasi yang mengecewakan.

Vettel adalah seorang pembalap yang mencoba tidak membuat kesalahan sejak berjejak di dalam cockpit dan pragmatis dalam membaca situasi balapan.

Bersama Vettel, dunia F1 mungkin sedang menyaksikan salah satu pembalap terhebat sepanjang masa dan ironisnya, kebanyakan tidak menyadari hal tersebut.