1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Vaksin Nano Tak Perlu Lagi Pendingin di Negara Tropis

Brigitte Osterath 30 Maret 2014

Apabila vaksin menjadi terlalu hangat, pekerja kesehatan terpaksa membuangnya. Periset kini berusaha mendesain vaksin yang bisa tahan panas. Nanoteknologi menawarkan solusi.

https://p.dw.com/p/1BXal
Foto: picture-alliance/dpa

Pekerja kesehatan harus menjaga vaksin tetap dingin setiap saat - mulai dari produksi hingga digunakan melalui suntikan atau cara lainnya.

"Ini salah satu alasan mengapa kami belum bisa memberi vaksin bagi banyak anak atas penyakit yang sudah lenyap dari negara maju - polio, misalnya," ucap Sebastian Dietrich, seorang dokter yang bekerja untuk Dokter Lintas Batas. "Kami tidak bisa membawa vaksin ke tempat paling terpencil dan tetap mempertahankan suhu dingin."

Vaksin yang paling sensitif akan rusak begitu suhu naik di atas 8 derajat Celsius. Begitu vaksin menjadi tidak efektif, respon kebal gagal terpicu - vaksin telah gagal.

Polio masih lazim dijumpai di sejumlah negara – bagian dari masalahnya adalah menjaga vaksin tetap dingin
Polio masih lazim dijumpai di sejumlah negara – bagian dari masalahnya adalah menjaga vaksin tetap dinginFoto: Global Polio Eradication Initiative

"Kalau kami punya vaksin yang bisa tahan panas untuk seminggu, atau bahkan sehari, tentu akan membawa perubahan besar," kata Dietrich. "Dan kami mendambakan vaksin yang tak perlu didinginkan sama sekali."

Terobosan ilmiah

Salah satu pendekatan untuk mengembangkan vaksin tahan panas menggunakan 'vaksin nano.' Vaksin nano terdiri dari partikel-partikel polimer biodegradable berukuran nano, yang menyelubungi sebuah antigen - contohnya protein sebuah patogen, atau kandungan aktif.

Pada pertemuan masyarakat kimia Amerika di Dallas, Balaji Narasimhan dari Universitas Iowa State menyajikan hasil terbaru dari tes vaksin nano: timnya berhasil meningkatkan respon kebal pada tikus.

"Kami telah menunjukkan keberhasilan pada binatang pengerat, dan kami melangkah maju untuk menunjukkan bahwa ini juga bisa berhasil pada hewan yang lebih besar," jelas Balaji Narasimhan.

Tim riset Narasimhan fokus pada vaksin untuk influenza. Namun Harasimhan mengatakan partikel yang mereka gunakan juga cocok sebagai vaksin untuk penyakit tropis. Semuanya tergantung pada antigen yang ditaruh produsen vaksin di dalam partikel nano.

Segudang keuntungan

Salah satu potensi keuntungan terbesar dari vaksin nano adalah dapat disimpan pada suhu ruangan hingga 6-10 bulan.

"Partikel terbuat dari materi yang memiliki stabilitas tinggi - satu-satunya yang dapat merusak adalah air," ungkap Narasimhan. Vaksin nano harus disimpan di tempat yang kering.

Dan hanya diperlukan satu dosis - tanpa suntikan tambahan untuk memastikan dosis pertama efektif. Namun yang membuat vaksin nano benar-benar menarik untuk vaksin anak-anak adalah kenyataan vaksin ini dapat dihirup dalam bentuk semprotan - jadi tidak perlu lagi jarum suntik.

Vaksin harus didinginkan hingga dipakai – sebuah tantangan di negara-negara berkembang
Vaksin harus didinginkan hingga dipakai – sebuah tantangan di negara-negara berkembangFoto: Global Polio Eradication Initiative

Hingga kini baru ada satu vaksin tahan panas yakni MenAfriVac melawan meningitis. Vaksin ini telah disetujui otoritas kesehatan untuk digunakan meski telah disimpan selama empat hari pada suhu mencapai 40 derajat Celsius. Tahun 2012, para peneliti sukses menguji coba vaksin tersebut saat kampanye vaksin di Chad dan Benin.

Sebastian Dietrich ikut serta dalam kampanye MenAfriVac di Chad. "Itu mengubah segalanya," ujarnya. Masih harus didinginkan untuk sebagian besar waktu, namun begitu program vaksin dimulai, pekerja kesehatan "bisa langsung naik kendaraan dan pergi kemanapun sesuai keperluan."