1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Usia Air di Bumi Lebih Tua Ketimbang Matahari

26 September 2014

Sebuah studi mengungkap, hampir separuh cadangan air di bumi terbentuk jauh sebelum matahari lahir. Air di sistem tata surya diyakini sudah ada di dalam awan molekuler yang melahirkan sistem tatasurya.

https://p.dw.com/p/1DLMD
Bildergalerie Planeten Sonnensystem TW Hydrae
Foto: picture-alliance/dpa

Hingga separuh air di Bumi diyakini berusia lebih tua ketimbang sistem tata surya. Begitulah bunyi sebuah studi yang dipublikasikan oleh jurnal ilmiah, Science. Temuan tersebut memperkuat asumsi bahwa kehidupan di Bumi berawal dari tempat lain di Galaksi Bimasakti.

Ilmuwan menemukan, air yang memenuhi samudera di Bumi sebagian berasal dari ruang antarbintang, sebelum matahari terbentuk sekitar 4,6 miliar tahun silam. Dengan menganalisa rasio Hidrogen dan Deuterium, atau juga dikenal sebagai Hidrogen berat, di dalam molekul air, ilmuwan mampu mengungkap dari mana air di bumi berasal.

Air dalam bentuk cair atau es yang berasal dari ruang antarbintang memiliki jumlah Deuterium lebih besar ketimbang Hidrogen, karena terebentuk dalam kondisi temperatur yang sangat rendah. "Sebagian air di bumi berasal dari sumber yang sangat dingin, yakni beberapa puluh derajad di bawah nol," kata Ted Bergin dari University of Michigan.

Sekitar 30 sampai 50 persen kandungan air di sistem tata surya diyakini telah ada sebagai awan molekuler yang kemudian membentuk matahari dan planet. Temuan tersebut juga mengindikasikan sebagian besar planet di sistem tata surya memiliki cadangan air serupa Bumi, kata para ilmuwan.

Berasal dari Tempat Lain

"Jika air dibawa dari ruang antarbintang dalam bentuk es ke dalam sistem tata surya kita, maka sangat mungkin semua cakram protoplanet di sekitar bintang memiliki kandungan jumlah es yang sama," kata Conel Alexander dari Carnegie Institution for Science di Washington.

"Tapi jika air di sistem tata surya muda terbentuk dari proses kimiawi yang terjadi selama proses kelahiran matahari, maka jumlah air di sistem tata surya bisa bervariasi, yang pastinya berdampak pada potensi kehidupan di sana."

Dalam penelitiannya ilmuwan mensimulasikan proses kimiawi di dalam cakram protoplanet. "Kami membiarkan elemen kimia berkembang selama satu juta tahun, yakni masa hidup cakram yang membentuk planet," kata Bergin.

Hasilnya proses kimia di dalam cakram cuma mampu memproduksi air berat secara sporadis. "Jika cakram protoplanet tidak memproduksi air yang kita miliki sekarang, maka air itu harusnya berasal dari tempat lain," ujarnya.


rzn/ab (afp,rtr)