Perkenalkan, Universitas Tübingen

Berdiri sejak 1477, Universitas Tübingen mencatat sejarah kelam sebagai satu dari sekian lembaga pendidikan tinggi Jerman yang mendukung pemerintahan NAZI di bawah Adolf Hitler. Rektorat bahkan memecat salah satu putra terbaiknya, Peraih Nobel Fisika Hans Bethe, cuma lantaran berdarah Yahudi. Hingga 1989 Institut Anatomi masih menggunakan jenazah korban NAZI buat penelitian.

Salah satu bidang studi yang mempopulerkan nama Tübingen adalah jurusan Ekonomi dan Administrasi Bisnis. Opini mahasiswa ekonomi Jerman yang direkam dalam ranking universitas versi mingguan Die Zeit menempatkan Tübingen di urutan pertama. Kemudahan program pembelajaran dan fasilitas yang mumpuni adalah satu dari banyak keunggulan yang ditawarkan Tübingen buat calon mahasiswa ekonomi dan bisnis.

Buat calon mahasiswa medis, fakultas kedokteran di Universitas Tübingen menawarkan fasilitas beragam dan berkelas. Selain perlengkapan laboraturium berteknologi canggih, seperti mikroskop elektron, fakultas ini juga memiliki infrastruktur lengkap untuk penelitian rekayasa genetika. Sekitar 27% dokter dan pakar medis Jerman menyebut Universitas Tübingen sebagai yang terbaik buat penelitan medis.

Hal lain yang menambah keunikan Tübingen adalah fakultas Teologi. Selain memiliki jurusan Teologi Protestan dan Katholik yang telah menghasilkan nama-nama besar dan dikenal di Eropa, Universitas ini juga kini menawarkan Pendidikan Agama Islam. Dipimpin oleh seorang pakar Sufisme, Fakultas Teologi Islam menawarkan sederet bidang studi yang menyerupai universitas-universitas Islam Indonesia.

Ketersediaan akomodasi dan penginapan buat mahasiswa adalah hal lain yang ditawarkan universitas-universitas di Jerman. Dalam hal ini asrama mahasiswa Tübingen termasuk yang terbaik. Terbagi ke dalam 24 gedung, universitas menyediakan kamar untuk 1720 mahasiswa. Asyiknya, mahasiswa asing yang baru tiba mendapat prioritas untuk mendapatkan kamar di asrama. Harga sewa berkisar 3,5 juta per bulan.

Makan bersama di dapur umum asrama sudah menjadi kebiasaan di Jerman. Di Tübingen, kebiasaan itu dimanfaatkan untuk mempersiapkan calon mahasiswa sebelum memasuki masa studi. Di sini calon mahasiwa diajarkan dan dilatih membuat karangan ilmiah atau menulis pekerjaan rumah. Asrama tidak cuma menyediakan tempat berbaur dengan mahasiswa lain, tetapi juga ruang-ruang belajar.

Tidak cuma memiliki 3,7 juta koleksi buku, perpustakaan Universitas Tübingen juga mengoleksi manuskrip kuno dari abad pertengahan dan awal sejarah Islam di Timur Tengah. Sebagian koleksi bersejarah tersebut telah diunduh ke internet dalam bentuk perpustakaan virtual.