1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Uni Eropa Upayakan Solusi Diplomatik buat Ukraina

9 April 2014

Eropa menggulirkan upaya diplomatik baru buat meredakan ketegangan di Ukraina. AS menuding Rusia berada di balik aksi pendudukan. Sebaliknya Moskow menekankan, solusi krisis ada di tangan Kiev.

https://p.dw.com/p/1BePo
Ostukraine Krise 07.04.2014 Charkiw
Foto: picture-alliance/RIA Novosti

Lebih dari 50 orang meninggalkan gedung Kementrian Pertahanan Ukraina yang sempat diduduki oleh aktivis pro Rusia di kota Luhansk. Para demonstran sebelumnya menyandera 60 orang dan memasang bahan peledak di sekitar gedung. Setelah melalui negosiasi, aktivis pro Rusia itu akhirnya sepakat mengakhiri pendudukan.

Laporan yang dilansir oleh kantor berita Interfax itu sendiri ditepis oleh para demonstran. Mereka mengklaim tidak memiliki bahan peledak, namun mengaku pihaknya menemukan puluhan senapan otomatis. "Kami tidak membutuhkan sandera buat mendapat apa yang kami inginkan," kata koordinator demonstrasi Anton yang menolak menyebutkan nama belakangnya.

Gedung pemerintah di Luhansk adalah satu dari beberapa gedung yang diduduki oleh demonstran pro Rusia di timur Ukraina. Mereka antara lain menuntut referendum dan kemerdekaan dari Kiev. Sementara itu demonstran saat ini masih menduduki gedung pemerintah di kota Donetsk. Sementara pendudukan di kota Kharkiv berhasil disudahi aparat keamanan setelah menyerbu masuk dan membubarkan paksa aksi pendudukan.

Sanksi Tambahan dari AS

Pemerintah di Kiev menuding aksi pendudukan di beberapa kota besar di timur adalah bagian dari rencana Rusia untuk memecahbelah Ukraina. Hal senada juga dilayangkan oleh Menteri Luar Negeri AS, John Kerry yang menuding, Moskow mengirimkan pasukan elit untuk menggerakkan kerusuhan di Ukraina. "Dengan begitu Rusia punya alasan buat melakukan intervensi militer seperti di Krimea," katanya.

Kerry menuding, Rusia melakukan upaya ilegal untuk mendorong destabilisasi situasi di Ukraina. Jika Moskow bergeming, pihaknya akan menjatuhkan sanksi tambahan, "terutama embargo di sektor energi, pertambangan dan perbankan sangat mungkin dilakukan," katanya.

Sementara itu Eropa masih gencar mengupayakan solusi diplomatis dengan menggelar pertemuan resmi di tingkat menteri luar negeri antara Ukraina, Amerika Serikat dan Rusia pekan depan. Pemerintah Moskow sendiri berupaya meredakan ketegangan menyusul manuver militer Rusia di kawasan perbatasan.

Lavrov: Solusi di Tangan Kiev

"Amerika Serikat dan Ukraina tidak punya alasan untuk khawatir," kata Menlu Rusia, Sergei Lavrov. "Rusia sudah berulangkali menekankan bahwa kami tidak berencana atau sedang melakukan kegiatan yang tidak lazim dan relevan secara militer di kawasan dekat perbatasan dengan Ukraina."

Lavrov sebaliknya menuding pemerintahan di Kiev sebagai sumber prahara. "Mereka harusnya berhenti menyalahkan pihak lain," tukasnya. "Situasi di Ukraina cuma bisa didamaikan melalui dialog nasional."

Belgien NATO Außenminister Treffen in Brüssel Frank-Walter Steinmeier und John Kerry
Menlu AS, John Kerry bersama Menlu Jerman, Frank Walter Steinmeier di BrusselFoto: Reuters

Sementara itu Kiev mendesak pihaknya akan menuntaskan aksi pendudukan di timur dalam waktu 48 jam, entah itu lewat negosiasi atau pemaksaan. Kota-kota besar yang terkena aksi pendudukan sebagian besar adalah jantung industri Ukraina. Kawasan timur negara itu menampung populasi etnis Rusia terbesar yang bersikap antipati terhadap pemerintahan baru usai kejatuhan Presiden Viktor Yanukovych yang pro Rusia.

rzn/ab (dpa,rtr,afp)