1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Eropa Ingin Redam Jihadis ke Suriah

Ralf Bosen7 Februari 2014

Para ahli dari 23 kota Uni Eropa membahas cara meredam radikalisme dan arus jihadis ke Suriah. Ekstrimis yang kembali dari Suriah bisa menjadi ancaman besar untuk keamanan Eropa.

https://p.dw.com/p/1B4kN
Foto: Zac Baillie/AFP/Getty Images

Sekitar 180 ahli dari 23 kota besar Eropa melakukan pertemuan di Den Haag untuk membahas ancaman radikalisme dan terorisme. Mereka terutama menyoroti kegiatan kelompok-kelompok jihadis yang berusaha merekrut pengikut-pengikutnya di Eropa.

Baru-baru ini harian Inggris Daily Telegraph memberitakan kesaksian seorang bekas jihadis Suriah. Ia menceritakan bahwa jaringan terror Al Qaida sedang mendidik ratusan jihadis asal Inggris dan Amerika di Suriah. Mereka diajar membuat bom mobil, melakukan serangan gelap dan mendirikan sel-sel teror di negaranya kalau kembali dari perang Suriah.

Komisaris Uni Eropa Cecilia Malmström menyebut para jihadis asal Eropa itu sebagai "orang-orang yang sangat berbahaya". Dua minggu lalu, para menteri dalam negeri Uni Eropa berkumpul di Athena, Yunani, untuk membahas bagaimana cara meredam arus jihadis ke Suriah dan mengawasi mereka yang kembali dari kawasan konflik.

Belajar dari Inggris

Sebagai tindak lanjut, digelar konferensi di Den Haag yang melibatkan delegasi dari kota-kota metropolitan di Eropa. Pertemuan ini digelar oleh jaringan anti radikalisme RAN (Radicalisation Awareness Network), yang dibentuk Uni Eropa tahun 2011.

Rektor Universitas Kepolisian Jerman, Andre Konze yang ikut dalam konferensi di Den Haag menjelaskan, yang saat ini punya strategi menyeluruh adalah Inggris. Karena negara itu bisa belajar dari pengalaman masa kolonialnya dan melibatkan kelompok migran untuk meredam radikalisme.

Inggris misalnya mengirim seorang polisi muslim langsung ke Suriah untuk mengamati situasi di sana. "Kembali ke Inggris, dia bisa meyakinkan para remaja muslim tentang situasi sebenarnya di Suriah. Karena mereka sebenarnya tidak membantu rakyat Suriah, kalau ikut berperang dengan para jihadis", tutur Konze.

Bayangan yang keliru

Banyak anak muda radikal berpikiran, pergi "berjihad" ke Suriah adalah sesuatu yang baik. "Padahal para jihadis Eropa itu tidak punya bayangan, kejahatan mengerikan apa saja yang dilakukan di Suriah atas nama perang jihad", kata Konze. Para perekrut jihadis hanya menceritakan hal-hal yang positif saja.

Menurut laporan Uni Eropa, kebanyakan jihadis yang berangkat ke Suriah berusia antara 20 sampai 30 tahun. Paling banyak berasal dari Perancis dan Inggris. Banyak juga jihadis yang berasal dari Jerman.

Menurut para ahli, radikalisme remaja paling banyak terjadi lewat internet. Tapi yang sering menjadi masalah utama adalah persoalan dalam keluarga. Karena itu, konferensi di Den Haag mengusulkan agar dukungan terhadap keluarga ditingkatkan.

Peserta konferensi sepakat, keluarga yang punya masalah dengan radikalisme harus mendapat lebih banyak bantuan. "Keluarga dan para remaja harus mendapat bantuan, agar punya perspektif untuk masa depan mereka", demikian salah satu kesimpulan konferensi di Den Haag.