1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Uni Eropa Bantu Perancis di Afrika Tengah

21 Januari 2014

Uni Eropa memutuskan untuk membantu misi militer Perancis dalam konflik di Afrika Tengah. PBB kini menunjuk seorang utusan khusus untuk menengahi kekerasan di negara itu.

https://p.dw.com/p/1AuIn
Foto: picture-alliance/dpa

Dewan HAM PBB di Jenewa menunjuk diplomat Pantai Gading Marie-Therese Keita Bocoum sebagai utusan khusus untuk Afrika Tengah. Selama beberapa bulan terakhir, konflik antara milisi Islam dan Kristen meruncing di negara itu. Sekretaris Jendral PBB Ban Ki Moon sebelumnya menyebutkan, situasi di Republik Afrika Tengah semakin parah dan "aksi pembantaian selanjutnya" harus segera dihindari.

Keita Bocoum sebelumnya menjabat sebagai utusan khusus untuk Burundi. Dia juga memimpin kantor Divisi HAM PBB di Afrika Barat. Diplomat Pantai Gading itu juga pernah memimpin misi PBB di kawasan krisis Darfur di Sudan.

Sebuah tim PBB yang melakukan penyelidikan di Afrika Tengah selama dua minggu mengeluarkan laporan bulan lalu tentang pelanggaran HAM berat, pembunuhan, penganiayaan dan perkosaan yang terjadi di negara itu.

"Kami menerima berbagai laporan dan kesaksian yang kredibel, temasuk bukti foto-foto yang mendukung tuduhan bahwa kelompok milisi Kristen melakukan penganiayaan terhadap warga Muslim, pria, wanita dan anak-anak, sebelum mereka dibunuh", kata pejabat HAM PBB, Navi Pillay.

Uni Eropa Siap Kirim Pasukan

Uni Eropa menyatakan akan mendukung misi militer Perancis untuk meredakan situasi di Republik Afrika Tengah. Hal itu diputuskan oleh para menteri luar negeri Uni Eropa hari Senin (20/01). Uni Eropa akan menyiapkan sekitar 500 tentara untuk membantu pasukan Perancis dan pasukan pemerintah Afrika Tengah.

Misi militer Uni Eropa bisa dimulai dalam beberapa minggu depan. Saat ini perencanaannya sedang dilakukan di Brussel, sambil menunggu keputusan Dewan Keamanan PBB. Menurut rencana, pasukan Uni Eropa terutama akan ditempatkan di ibukota Afrika Tengah, Bangui, dan di sekitar bandar udara internasional.

Menteri Luar Negeri Jerman Frank Walter Steinmeier menegaskan, keputusan pengiriman pasukan bukan berarti Uni Eropa akan melakukan misi militer besar-besaran ke Afrika. Jerman tidak akan mengirim satuan tempur ke Afrika, kata Steinmeier.

Menteri Pertahanan Jerman Ursula von der Leyen mengatakan, Jerman terutama akan membantu transportasi logistik dan mengirim pesawat medis.

Presiden Baru

Setelah Presiden Michael Djotodia mundur 10 Januari lalu, parlemen Afrika Tengah memilih pengusaha wanita Catherine Samba-Panza sebagai presiden baru. Samba-Panza sebelumnya menjabat sebagai walikota Bangui. Ia menyerukan kepada pihak-pihak yang bersengketa agar meletakkan senjata.

Situasi di Afrika Tengah makin kacau setelah milisi Islam melakukan kudeta Maret 2013, diikuti aksi pembantaian dan penjarahan. Milisi Kristen kemudian melakukan serangan balasan dan aksi balas dendam.

Menurut laporan PBB, konflik itu mengakibatkan satu juta orang harus mengungsi, sementara 2,6 juta orang memerlukan bantuan kemanusiaan.

hp/ab(rtr, dpa, afp)