1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Ungkap Jejak Kejahatan

Michael Hartlep5 Juni 2013

Jika polisi menemui jalan buntu dalam kasus kriminalitas, maka kemampuan seorang ahli psikologi forensik dibutuhkan. Sikap pelaku dianalisa dari sisi psikologis.

https://p.dw.com/p/18jYN
Foto: Fotolia

Thomas Müller adalah seorang ahli psikologi forensik yang bekerja bagi dinas kepolisian di Austria. Ia baru datang ke lokasi kejahatan, setelah koleganya mengamankan jejak, membuat foto dan mewawancarai saksi. Dari hasil kumpulan penemuan tersebut, ia mulai bisa menganalisa.

"Manusia mengambil keputusan tertentu berdasarkan kebutuhan tertentu. Jika kita menganalisa keputusan ini, kita akan mengetahui lebih banyak tentang kepribadian manusia tersebut,“ jelas Müller. Seperti bagaimana pelaku meletakkan posisi korban? Siapa yang ia pilih sebagai korban? Senjata apa yang ia gunakan? Lewat pertanyaan-pertanyaan tersebut, Müller mencoba mengenali karakter pelaku. 

Dari Polisi Patroli ke Psikologi Kriminalitas

Müller memulai karirnya sebagai polisi patroli. "Selama tiga tahun berturut-turut, saya mendapat panggilan ke keluarga yang sama. Sang ayah selalu memukuli anak-anaknya saat perayaan Natal." Ia mencoba untuk mengerti apa yang terjadi dan mulai mempelajari psikologi. Tapi ia tidak menemukan jawabannya. Müller baru puas setelah mengikuti pendidikan psikologi kriminalitas selama dua tahun bersama FBI di Amerika Serikat.

Thomas Müller
Thomas Müller "membaca" jejak yang ditinggalkan pelakuFoto: Ecowin

Sejak itu Müller sudah menangani lebih dari 1000 kejahatan seksual dan dianggap sebagai pakar bidang itu. "Saya tidak bisa berpikir dan merasakan seperti pelaku kejahatan, tapi saya bisa belajar banyak dari mereka," ujarnya. Müller banyak berbicara dengan para narapidana. Jika pelaku yang berbeda memberikan jawaban yang sama, Müller berada di jalur yang benar. Ia menyebut pengetahuan tersebut sebagai "basis". Basis ini membantu mengintepretasi sebuah lokasi kejahatan.

Analisa Kasus Mirip

Untuk bisa mengintepretasi, penyidik perlu kasus pembanding. Müller dan koleganya memiliki bank data yang berfungsi seperti mesin pencari kasus yang paralel. Awal tahun 90-an, di Austria, Ceko dan AS terjadi serangkaian pembunuhan terhadap pekerja seks komersil. Mereka dicekik dengan pakaian dalam yang dililit seperti simpul tali hukuman gantung. "Kombinasi ini begitu jarang, mungkin pelakunya orang yang sama. Dan memang begitu adanya," kisah Müller. Awal 1992, FBI menangkap Jack Unterweger warga Austria yang tengah berada di AS.

Tapi ada juga pelaku yang secara sadar mengubah kondisi lokasi kejadian untuk memalsukan motif kejahatan. Beberapa misalnya mencuri benda berharga, agar memeberi kesan ini kasus perampokan. Atau bahkan membakar lokasi kejadian. Müller segera mengenali "kebohongan" pada kasus semacam ini dan memudahkannya untuk mengungkap sang pelaku. "Bagi pelaku ini semacam bumerang yang justru merugikannya," kata Müller.