1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Tugas Berat Diemban Brahimi

11 September 2012

Utusan khusus PBB Lakhdar Brahimi direncanakan akan mengunjungi Damaskus. Ia berupaya untuk menyelesaikan konflik Suriah lewat jalur diplomatik dan tanpa pertumpahan darah. Tapi peluangnya diragukan.

https://p.dw.com/p/166hA
Foto: AP

Bagi Brahimi, kunjungan ke Suriah ini merupakan lawatan pertamanya setelah ia ditunjuka sebagai utusan khusu PBB menggantikan Kofi Annan.

Brahimi menyatakan, ia tidak yakin akan lebih beruntung dibandingkan pendahulunya Kofi Annan dalam mencari solusi damai bagi konflik di Suriah, yang telah berlangsung selama 18 bulan. Namun mantan menteri luar negeri Aljazair ini tidak mau menyerah begitu saja, “Saya bertugas demi rakyat Suriah.”

Tanggal pasti keberangkatan Brahimi ke Suriah masih belum diumumkan. Brahimi hanya mengatakan, „Dalam beberapa hari.” Brahimi menambahkan, ia hanya akan pergi ke Damaskus jika mendapat jaminan bahwa ia dapat bertemu dengan Presiden Suriah Bashar al Assad.

Seorang juru bicara Departemen Luar Negeri Suriah menyatakan bahwa kepemimpinan di Damaskus bersedia sepenuhnya bekerja sama dengan Brahimi. “Satu-satunya cara untuk keberhasilan misi Brahimi adalah semua pihak bekerja sama. Untuk mendukungnya, pertama harus menenangkan situasi dan kemudian memulai proses politik.”

Kebuntuan Diplomasi

Salah satu masalah belum tercapainya solusi diplomatik adalah karena masyarakat internasional sendiri tidak bisa menyepakati cara terbaik untuk melibatkan diri dalam krisis Suriah. Sebagian besar anggota Dewan Keamanan PBB mendukung satu resolusi yang menyerukan diakhirinya pertumpahan darah di Suriah, termasuk tekanan terhadap rezim Assad. Namun, sejauh ini dengan hak veto yang dimilikinya, Cina dan Rusia telah menggagalkan tiga resolusi sebelumnya yang telah diusulkan.

Dan dalam KTT Kerjasama Ekonomi Asia-Pasifik di Vladivostok, para diplomat Rusia dan Amerika Serikat gagal mencapai satu pendekatan dalam mencari konsensus mengenai tindakan selanjutnya yang akan dilakukan terhadap Suriah.

“Kita harus realistis. Kita belum bertatap muka secara langsung,“ dikatakan Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton. “Saya akan terus bekerjasama dengan Menlu Rusia Sergei Lavrov untuk melihat apakah kami dapat meninjau kembali gagasan untuk mengajukan rencana transisi Suriah yang telah disetujui kepada Jenewa untuk dijadikan satu resolusi Dewan Keamanan.“

Hari Sabtu (08/09/12), kepada wartawan Lavrov mengatakan bahwa Rusia berkeinginan agar sebuah resolusi seperti itu diadopsi oleh Dewan Keamanan PBB. Meskipun demikian, Clinton memperingatkan bahwa setiap resolusi bisa “hanya akan efektif jika didalamnya tercantum konsekuensi seandainya tidak dipatuhi.“

Sementara itu, pihak oposisi Suriah melaporkan kepada kantor berita Reuters bahwa pasukan pemerintah kembali menggempur wilayah utara kota Aleppo, Minggu (09/09/12). Dilaporkan, serangan tersebut telah menewaskan atau menciderai lusinan orang.

yf/ab (rtr/afp/dpa)