1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Tren Rumah Hemat Energi di Jepang

Martin Fritz4 November 2013

Bangunan tidak terisolir perburuk neraca energi Jepang. Kini rumah hemat energi didirikan dengan bantuan Jerman. Tujuannya sebagai awal bagi pembangunan dan renovasi yang berkelangsungan.

https://p.dw.com/p/1ABK1
Foto: Fotolia

Rumah tinggal itu berdiri di bagian selatan pulau Shikoku di Takamatsu. Dengan ruang tingal 100 meter persegi, rumah itu memiliki ukuran yang khas bagi sebuah keluarga kecil Jepang. Pembuat rumah termasuk dalam perhimpunan ekonomi Jepang, "Club Vauban". Perhimpunan ini terdiri dari sekitar 50 perusahaan bangunan kecil dan sedang, yang ingin membangun rumah-rumah yang menggunakan energi dengan lebih efisien. Klub itu menggunakan nama sebuah pemukiman teladan dari segi ekologis di Freiburg, Jerman.

"Kita harus merencanakan rumah energi plus, yang di satu pihak menunjukkan bagaimana orang membangun di Jerman, dan di lain pihak sesuai dengan kebiasaan hidup dan arsitektur Jepang", demikian dikatakan Manfred Rauschen, pemimpin daerah industri di Jerman yang memperhatikan ekosistem, Öko-Zentrum NRW. "Bangunan itu jadi prototipe, tapi dalam beberapa tahun ke depan akan berdiri seratus kali lipat." Dalam proyek itu perusahaan bangunan hendak menggunakan sebanyak mungkin know how dari dunia internasional.

Bangunan Jepang sebagai Rumah 'Sekali Pakai'

Öko-Zentrum NRW bekerjasama erat dengan Jepang sejak beberapa tahun lalu. Jerman antara lain ikut merumuskan adanya kartu untuk mendata energi yang digunakan sebuah rumah di Jepang. Proyek besar yang masih berjalan adalah pendirian taman energi matahari di Kawauchi, di tepian zona tertutup, di sekitar pembangkit tenaga nuklir Fukushima. Sekarang, para pakar dari Ökozentrum NRW merumuskan sebuah buku pegangan perencanaan bagi Club Vauban, mengenai cara membangun yang menggunakan energi secara efisien.

Der Öko-Siedlung Vauban in Freiburg
Vauban, yang jadi panutan bagi JepangFoto: DW/Klaussner

Pembangunan rumah tingal di Jepang didominasi beberapa perusahaan pendiri rumah, yang bisa dibangun dengan cepat. Penghematan energi tidak penting bagi perusahaan-perusahaan ini, karena rumah-rumah hanya dikonstruksi untuk penggunaan dalam waktu relatif pendek. Oleh sebab itu, hanya dalam beberapa dasawarsa jamur sudah menyebar di dinding. Demikian dikatakan Hans-Dieter Hegner, kepala bagian pembangunan berkelangsungan pada kementrian pembangunan.

Lebih Banyak Efisiensi Energi Setelah Tragedi Fukushima

Akibat umurnya yang singkat, di Jepang rumah-rumah yang sudah pernah digunakan tidak berharga lagi. Renovasi bangunan tua tidak dikenal di negara itu. Tetapi di Jepang kini ada perubahan pendapat. Orang akan membangun rumah yang tahan lama dan efisien dalam penggunaan energi. Kecelakaan di pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima berfungsi seperti katalisator, demikian dikatakan Hegner. Orang hendak mengganti tenaga nuklir dengan penghematan energi dan energi yang bisa didaurulang. "Karena di Jerman sudah ada pengalaman yang bisa digunakan, mereka membentuk kerjasama dengan kami," demikian ditambahkan Hegner.

Namun demikian, bangunan yang memiliki isolasi tebal untuk menghemat energi seperti di Jerman, tidak sesuai dengan gaya bangunan Jepang yang lazim. Di negara itu, karena suhu di musim panas tinggi, demikian juga dengan kelembaban udaranya, rumah-rumah dengan sengaja dibuat sedemikian rupa hingga mudah ditembus udara. Tetapi Hegner tetap optimis. Ia berkata, "Di Jerman orang awalnya juga punya prasangka buruk serupa, tetapi sekarang pengetahuan sudah lebih maju." Siapa yang ingin menghemat energi, harus mengadakan pertukaran udara di rumah secara terkontrol. Sehingga di musim panas rumah tetap sejuk, dan di musim dingin kehangatan tetap ada di dalam rumah dan tidak terbuang sia-sia.