1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Test DNA Untuk Produk Daging

Judith Hartl15 Februari 2013

Ujicoba DNA dapat menentukan daging hewan apa yang terkandung pada produk makanan siap saji. Prosesnya relatif rumit tapi cepat. Banyak laboratorium Jerman memiliki teknologi ini.

https://p.dw.com/p/17ej4
Proberoehrchen und Untersuchungshandschuhe liegen am Freitag (12.11.10) in einem Raum der Freiwilligen Feuerwehr in Bad Vilbel fuer einen Massen-Gentest bereit. Fuenf Monate nach dem Fund einer Babyleiche sucht die Polizei seit Freitag mit einem Massengentest nach der Mutter des Saeuglings. Bis zum 21. November 2010 sollen zunaechst 1.500 Frauen aus der Bad Vilbel eine freiwillige Speichelprobe abgeben. Foto: Thomas Lohnes/dapd
Gambar simbol test genetikaFoto: dapd

Pengawas pangan di Jerman secara rutin melakukan ujicoba laboratorium secara acak berbagai produk daging yang dijual di pasaran. Ujicoba dilakukan tidak hanya jika ada skandal daging, seperti kasus aktual daging sapi dicampur daging kuda pada produk makanan jadi. Produk yang diuji beragam, mulai dari sosis daging unggas, produk siap saji seperti Lasagne diisi daging cincang atau salami domba.

Pemeriksaan daging melalui test DNA merupakan pekerjaan rutin bagi Claudia Brünen-Nieweler. "Sekitar 600 ujicoba kami laksanakan setiap tahun," ujar pakar biologi molekular dari Dinas Pemeriksaan Veteriner Münsterland-Emscher-Lippe.

Brünen-Nieweler kemudian memeriksa, apakah produk tersebut benar-benar mengandung bahan yang tercantum pada etiket kemasan. "Untuk itu kami mula-mula harus memisahkan bagian daging dari produk pangan," kata dia menjelaskan.

Selanjutnya dikatakan, bahwa itu merupakan pekerjaan manual yang harus dilaksanakan dengan teliti. Lasagne dicuci di dalam saringan di bawah kran air yang mengalir terus menerus sampai bagian tepungnya hancur dan hanya daging cincang yang tersisa.

Reaksi Berantai Polymerase

Lalu daging itu dihaluskan menjadi bubur dan dicampur dengan enzim khusus yang dapat membuka sel-sel daging, karena DNA daging tersimpan di dalam inti sel dan harus dikeluarkan dengan proses yang rumit. Para ilmuwan hanya akan menemukan sedikit sekali kode genotika yang jumlahnya tidak memadai untuk mengungkapkan hasil yang dicari.

Anette Orelleno (l), Fachtierärztin für Lebensmittel am Niedersächsischen Landesamt für Verbraucherschutz und Lebensmittelsicherheit (LAVES) in Oldenburg, nimmt am Montag (07.11.2005) eine sensorische Prüfung von Geflügelfleischproben vor. Im neuen Fleischskandal hat die Untersuchung von Proben den Verdacht gegen die Firma im niedersächsischen Lastrup erhärtet. Von 20 Proben seien 7 «eindeutig verdorben» gewesen, teilte LAVES mit. Bei vier Proben sei die Qualität des Fleisches fraglich gewesen. Sie würden jetzt weiter untersucht. Neun Proben seien in Ordnung gewesen, sagte LAVES-Sprecherin Schrandt. Foto: Carmen Jaspersen dpa/lni +++(c) dpa - Bildfunk+++
Kontrol dagingFoto: dpa

Di sini kemudian digunakan sebuah teknik yang mengesankan, yaitu reaksi berantai polymerase (PCR). Teknik ini memungkinkan jumlah DNA yang amat sedikit yang sulit diukur, untuk membiak dengan cepat dalam waktu yang singkat. Dengan demikian, peneliti bisa memperoleh bukti jelas, kode DNA berasal dari hewan apa?.

PCR juga digunakan dalam ujicoba penentuan ayah biologis seorang anak atau dalam kasus penentuan pelaku pembunuhan. DNA yang ditemukan pada lokasi kejadian atau pada mayat korban yang kemungkinan berasal dari pelaku kejahatan dapat dibandingkan dengan DNA dari seseorang yang dicurigai, misalnya melalui ujicoba air liur.

"Pembiakan DNA berlangsung sekitar dua jam," papar Claudia Brünen-Nieweler. Sesudahnya menjadi jelas, apakah yang diteliti adalah kode genetika dari babi, sapi, kambing atau kuda. Melalui PCR ilmuwan memang dapat dengan tepat membuktikan bahwa sebuah Lasagne siap saji mengandung daging sapi atau apakah sebuah sosis mengandung daging domba, namun tidak dapat menentukan jumlahnya secara tepat. "Kami hanya dapat mengatakan 'banyak' atau 'sedikit'."

Metode ini juga dapat diterapkan pada produk hewani lainnya, misalnya susu, keju atau yoguhrt. Setiap test, kata Brünen-Nieweler, berlangsung secara keseluruhan selama satu atau dua hari. Biayanya sekitar 140 Euro.