1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Tersangka Xinjiang untuk Insiden Tiananmen

29 Oktober 2013

Kepolisian Cina telah menetapkan dua tersangka dari provinsi bergolak Xinjiang, sebagai pelaku penabrakan yang disusul terbakarnya mobil di Lapangan Tiananmen.

https://p.dw.com/p/1A7cV
Foto: picture-alliance/dpa

Insiden itu terjadi Senin lalu saat sebuah kendaraan SUV melaju sepanjang trotoar, menabrak kerumunan dan terbakar di lokasi paling sensitif dan terkenal di ibukota Beijing – menyebabkan tiga orang yang ada di dalam mobil serta dua turis tewas, demikian pernyataan kepolisian.

Lapangan Tiananmen yang diapit Kota Terlarang, adalah bekas istana kekaisaran dan merupakan tujuan utama wisata. Di tempat itu pada tahun 1989 protes damai kelompok pro demokrasi dihabisi oleh aparat keamanan.

Berkat catatan hotel, polisi mengidentifikasi dua tersanga dan empat nomor plat kendaraan, semuanya berasal dari Xinjiang, dalam kaitan dengan insiden Senin lalu itu, sebagaimana dilaporkan oleh Global Times.

Polisi juga menginstruksikan hotel-hotel agar mewaspadai para tamu dan kendaraan yang ‘mencurigakan‘. Demikian laporan media yang dikenal dekat dengan partai Komunis yang berkuasa itu.

Global Times memberikan detail dalam edisi bahasa Inggris, tapi dalam edisi Cina, media itu tidak menyebut Xinjiang.

Para penjaga keamanan dari sejumlah hotel di Beijing membenarkan bahwa mereka telah menerima catatan peringatan dari polisi.

Sebuah laporan lain yang diunggah 64tianwang.com, sebuah portal berita hak asasi manusia yang berbasis di Sichuan, memberikan informasi detail mengenai nama, nomor identitas warga dan daftar tempat tinggal. Namun laporan itu masih belum terkonfirmasi.

Wilayah bergolak

Xinjiang adalah kampung halaman etnik minoritas Uighur yang sebagian besar adalan Muslim.

China Frau mit Kopftuch in Xinjiang vor Mauer mit Schriftzeichen
Kelompok HAM menuding pemerintah Cina melakukan penindasan di XinjiangFoto: AP

Media milik pemerintah telah melaporkan sejumlah insiden kekerasan serta ancaman kelompok Islam militan di wilayah tersebut. Selama ini kelompok pembela hak asasi manusia, berkali-kali mengajukan keberatan terkait penindasan agama dan etnik atas kelompok Uighur, serta sensor informasi ketat yang dijalankan Beijing.

Polisi telah menangkap 140 orang di Xinjiang dalam beberapa bulan terakhir atas tuduhan menyebarkan jihad. Mereka juga menewaskan 22 orang Uighur pada Agustus lalu dalam operasi yang mereka sebut “anti-terorisme”, demikian dilaporkan oleh kantor berita Xinhua.

Salah satu tersangka berasal dari Shanshan, yang meliputi Lukqun, tempat di mana 35 orang tewas pada Juni lalu akibat insiden yang disebut media milik pemerintah sebagai sebuah “serangan teroris”.

Ilham Tohti, seorang intelektual terkenal Uighur, memperingatkan adanya upaya menggunakan istilah Tiananmen, untuk menjelek-jelekkan kelompok etnis atau memaksakan kontrol yang lebih ketat di wilayah itu, demikian pernyataan Tohti sebagaimana dikutip dari Uighurbiz.net.

Ia mengatakan bahwa tanpa bukti yang kuat, maka tidak bisa menggambarkan peristiwa Senin lalu itu sebagai sebuah aksi teror yang dilakukan orang Uighur. Meski ia menambahkan bahwa kemungkinan penggunaan cara kekerasan oleh Uighur, juga tidak bisa dikesampingkan.

ab/hp (afp,ap,rtr)