1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Taliban Tak Cerdik Larang Viagra

Shamil Shams13 Februari 2013

Taliban ancam pedagang Peshawar untuk tidak menjual obat kuat lelaki, seperti Viagra. Apakah Islam menentang kenikmatan seksual dan apakah pil kuat perlu dilarang? Kata banyak warga Pakistan dan pakar agama: “tidak”.

https://p.dw.com/p/17dWc
Foto: picture-alliance/dpa

Para pemilik toko di pasar Karkhano, Peshawar awal minggu (11/02) mengatakan, Taliban telah mengancam akan menghukum mereka yang menjual obat kuat ala Viagra.

Para pedagang itu menemukan pamflet-pamflet ancaman yang ditulis tangan. “Menjual obat-obatan penambah daya seksual dan film-film vulgar bertentangan dengan hukum syariat,” begitu tertera pada pamflet yang disebarkan oleh kelompok Islamis, Tehrik-e-Taliban di kawasan Khyber. "Semua orang yang terlibat dalam bisnis ini sudah diperingatkan untuk berhenti dan memulai bisnis yang halal”. Demikian kutipan kantor berita AFP.

Pakistan Bombenanschlag in Peshawar CD Laden
Foto: picture-alliance/dpa

Khyber, di mana Taliban bermarkas, berbatasan dengan Peshawar dan merupakan ibukota provinsi Khyber Pakhtunkhwa. Taliban dikenal memberlakukan hukum syariat yang ketat di berbagai kawasan Pakistan Utara yang mereka kuasai.

Sejumlah tokoh agama dan akademisi Pakistan lainnya, juga menentang obat kuat semacam ini. Seringkali mereka melandasinya dengan sentimen anti Barat dan mengatakan bahwa Viagra tidak Islami dan bahkan “jahat” karena berasal dari Barat.

Meningkatkan Kemampuan Seksual

Namun sebenarnya, Viagra dan obat-obatan serupa sangat popular di seluruh negeri. Hampir di setiap kota ada tukang obat atau dukun yang menjual racikan obat mukjizat yang diklaim menjamin ketangguhan seksual setelah beberapa pekan menggunakannya.

"Tampaknya industri yang tertaut isu-isu kesehatan seksual lelaki ini terus booming. Untuk meningkatkan stamina, dukun menyarankan berbagai obat, mulai dari jahe hingga opium”, kata A. Hassan seorang penyair berhaluan liberal di Karachi. Menurut dia, hal ini saja menunjukkan bahwa kebanyakan warga Pakistan tidak setuju dengan pandangan Taliban mengenai seksualitas.

Getrocknete Chilischoten
Foto: BilderBox

Berlawanan dengan Taliban, ada pakar agama seperti Muhammad Rafiq Khalil, yang percaya bahwa Islam tidak menentang upaya-upaya untuk meningkatkan kenikmatan seksual, juga dengan bantuan obat-obatan.

"Bila punya penyakit, obatilah. Islam mengizinkan kenikmatan itu ditingkatkan. Tapi cenderung memilih cara-cara yang alamiah, misalnya dengan minum racikan herbal, makan kacang-kacangan atau masakan berlemak untuk menambah selera untuk seks,” ungkap Khalil di Lahore ketika diwawancara Deutsche Welle. Tambahnya, sebaiknya obat-obatan artifisial dihindari.

Menurut Khalil, seandainya Islam menentang kenikmatan seksual, memiliki empat istri tak mungkin disarankan. "Setiap orang menentukan sendiri berapa sering ia ingin tidur dengan pasangannya. Kebutuhan setiap orang berbeda-beda." Dikatakannya, larangan Taliban mengenai Viagra dan obat-obatan serupa tidak cerdik.

Mengomentarinya, penyair liberal A. Hassan mengaku bila memiliki begitu banyak istri, iapun akan perlu minum Viagra sekali waktu."

Ingin Kebebasan

Kaum liberal di Pakistan kuatir bahwa ruang gerak mereka semakin sempit dengan meningkatnya pengaruh dan kekuasaan kaum ekstrimis Islam. Menurut mereka, dengan larangan ini, kaum Taliban ingin memaksakan ideologinya yang fundamentalis kepada rakyat Pakistan.

Menurut S. Siddiqui, seorang mahasiswa di Karachi. "kelompok Taliban tidak mewakili seluruh rakyat Pakistan.” Tambahnya, orang Pakistan itu terbuka dan ingin menikmati hidup sepenuhnya. “Kami tidak menginginkan masyarakat yang bersuku-suku di Pakistan."

Penulis dan pengajar Universitas Lahore, Moazum Rauf menilai. Kemampuan seksual lelaki tentu saja merupakan isu besar di sebuah Republik Islam, karena beranggapan bahwa "seorang lelaki Muslim yang baik harus memenuhi hasrat seksual sekitar 70 orang huri di taman firdaus nanti,"Canda Rauf. "Seharusnya para huri itu ditanyai apakah mereka puas atau tidak. Mungkin cara pandang mereka beda."

Warga seperti Siddiqui yang berpandangan liberal mengaku merasa terancam oleh pengaruh Taliban yang menguat. Dengan atau tanpa Viagra, mereka menginginkan kebebasan hidup.