1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Tajuk: Dua Tahun Perang Suriah

Hendra Pasuhuk15 Maret 2013

Perang Suriah sudah berlangsung selama dua tahun. Menurut keterangan PBB, 72.000 orang tewas. Lebih satu juta orang menjadi pengungsi di luar negeri. Sekitar 2,5 juta orang menjadi pengungsi di dalam negeri.

https://p.dw.com/p/17yZo
Smoke rises from one of the buildings in the city of Homs March 11, 2013.
Situasi di Homs 11.03.2013Foto: Reuters

Dua tahun lalu, sebuah aksi demonstrasi digelar di Damaskus. Aksi itu dibubarkan dengan kekerasan oleh polisi. Tiga hari kemudian, aksi demonstrasi berlangsung di kota lain. Aparat keamanan membubarkan demonstasi dengan tembakan. Sejak itu, perlawanan makin meluas. Itulah awal perang saudara di Suriah.

Bashar al Assad, ketika diangkat menjadi presiden, baru berusia 34 tahun. Ia kuliah kedokteran mata di London. Di sana ia mengenal istrinya Asma. Ketika kakaknya Basil meninggal dalam sebuah kecelakaan, Bashar akhirnya harus menggantikan ayahnya, Hafez menjadi Presiden Suriah.

Ketika itu, dunia berharap Bashar yang muda bisa melakukan reformasi dan membawa keterbukaan di Suriah. Ketika penguasa diktator di Tunisia, Mesir dan Yaman digulingkan oleh revolusi rakyat, Assad justru berusaha mempertahankan kekuasaan dengan kekerasan.

Tapi makin banyak warga Suriah berdemonstrasi menuntut kebebasan politik dan kebebasan pers. Rejim Suriah bereaksi keras dengan mengerahkan pasukan khusus dan dinas rahasia. Bashar al Assad memang mampu bertahan di kursi presiden, namun perlawanan makin meluas.

Sejak beberapa bulan, situasi perang sama kuat. Kubu pemberontak menguasai sebagian besar daerah pedesaan, sedangkan rejim pemerintah berusaha menguasai kota-kota besar. Rejim Assad dibantu oleh milisi Hisbullah dari Libanon dan penasehat militer dari Iran. Sedangkan kubu pemberontak didukung ratusan pejuang militan yang ingin melanjutkan jihad.

Menurut berbagai laporan, kedua pihak sama melakukan pelanggaran hak asasi. Tentara pemerintah menembaki penduduk sipil. Pemberontak menyiksa dan membunuh anggota milisi atau serdadu yang ditahan.

Dua tahun setelah perang, situasi di Suriah makin tidak menentu. Kota-kota besar seperti Aleppo dan Homs menjadi ajang perang. Korban utama adalah rakyat sipil. Makin lama perang saudara berlangsung, makin sulit mencari penyelesaian politik.