1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Suriah Terjerumus Bencana Humaniter

Sarah Berning (as/vlz)14 Maret 2015

Dewan Keamanan PBB dinilai gagal total menangani krisis di Suriah. Organisasi bantuan Oxfam dalam laporan berjudul "Failing Syria" memaparkan sulitnya situasi di Suriah yang terjerumus ke dalam bencana humaniter.

https://p.dw.com/p/1EqLp
Syrien Kämpfe in Damaskus
Foto: REUTERS/B. Khabieh

Organisasi bantuan Oxfam dalam laporan berjudul "Failing Syria" terutama menyoroti masalah pengungsi serta kondisi rakyat di kawasan yang dilanda perang saudara di Suriah. Redaktur DW Sarah Berning mewawancarai Robert Lindner, pakar krisis humaniter dari organisasi bantuan Oxfam di Jerman.

Deutsche Welle: Empat tahun lalu dimulai aksi protes menentang rezim Assad yang kemudian memicu perang saudara. Situasi bagi rakyat di negara itu kini makin dramatis dan memburuk, apa penyebab utamanya?

Robert Lindner: Perang di Suriah makin gawat, rakyat terjebak dua front yang bertikai dan bantuan humaniter nyaris tidak bisa masuk. Sementara di negara-negara tetangga, memuncak ketegangan antara warga asli dengan pengungsi, memperebutkan pekerjaan, akses kesehatan dan pendidikan. Yang paling parah di Yordania, dimana perbandingan warga asli dengan pengungsi adalah 3 banding 1. Di negara itu sistem ekonomi dan jejaring pengaman sosial nyaris ambruk akibat tekanan jumlah pengungsi. Kini Libanon, Yordania dan Turki sudah menutup pintu perbatasannya bagi pengungsi. Akibatnya, para pengungsi kini tak terlindungi dan terancam bahaya serangan serta hanya mendapat bantuan darurat.

DW: Berapa jumlah rakyat yang terkena dampak langsung perang?

Porträt - Robert Lindner
Foto: privat

Robert Lindner: Lebih 11 juta orang atau separuh dari populasi rakyat Suriah kini tergantung dari bantuan humaniter. Sekitar 7,6 juta menjadi korban kekerasan dan mengungsi di negaranya sendiri. Sekitar 3,7 juta warga Suriah mengungsi ke luar negeri. Kita juga tahu dari statistik tahun 2013, tiga perempat populasi yang bertahan di Suriah sudah jatuh ke lembah kemiskinan. Bahkan lebih 200.000 orang di kota-kota yang dikepung perang menderita kelaparan dan tak punya akses ke sumber air bersih.

DW : Terkait dengan itu gelombang pengungsi dari Suriah ke Eropa juga terus bertambah dengan dampak makin ketatnya penerimaan pengungsi. Apakah negara-negara Eropa kini harus meningkatkan bantuannya bagi mereka?

Robert Lindner: Ya, mutlak begitu. Seperti saya paparkan sebelumnya, saat ini lebih 3,7 juta warga Suriah mengungsi ke luar negeri. Negara-negara tetangga sudah kewalahan menerima serbuan pengungsi ini. Negara-negara kaya di Eropa seharusnya melihat teladan dari negara kecil seperti Libanon yang relatif tidak sekaya Eropa yang bersedia menanggung beban berat ini. Karena itu Oxfam dan NGO lainnya menuntut agar Eropa yang kaya, dengan alasan humaniter, menaikkan kuota penerimaan pengungsi Suriah hingga 5 persen. Jerman harus diakui, di dalam Uni Eropa menjadi negara yang paling banyak memberikan kuota pengungsi. Tapi saya pikir Jerman bisa lebih banyak lagi menerima pengungsi. Buktinya saat perang Bosnia, Jerman juga mampu menerima pengungsi yang jauh lebih banyak.

Robert Lindner adalah kepala bagian untuk krisis humaniter pada organisasi bantuan Oxfam Jerman.