1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Suku Rohingya Pertaruhkan Nyawa

26 Juli 2012

Banyak keluarga suku Rohingya yang menggunakan kapal feri ilegal untuk masuk ke Thailand dan melintas ke Malaysia dalam upaya mencari suaka.

https://p.dw.com/p/15f5G
Foto: Asiapics

Dalam beberapa tahun terakhir, selama musim gugur dan dingin, para pria dari suku Rohingya secara rutin menggunakan kapal feri yang dioperasikan penyelundup manusia asal Bangladesh untuk sampai ke Thailand, Kemudian melalui jalur darat menuju Malaysia untuk bekerja secara ilegal dan membiayai keluarga mereka di kampunng halaman.

Namun, kini banyak pria Rohingya yang berniat membawa istri dan anak-anaknya. Seperti Faizullah, pedagang baju dari bdesa dengan Maungdaw di Rakhina. Melalui telepon ia mengatakan kepada DW, "Saudara laki-laki, istri dan kelima anak kami, siap naik kapal ke Thailand. Kami berharap bisa mendapat tempat tinggal di Malaysia."

Faizullah menambahkan, "Banyak keluarga Rohingya lain yang juga ingin lari dari Myanmar dengan cara yang sama. Penyiksaan meningkat setiap harinya. Bagi kami hidup disini sangatlah tidak aman."

Bulan lalu, tuduhan pemerkosaan dan pembunuhan terhadap seorang perempuan Buddha yang dikatakan dilakukan oleh suku Rohingya, memicu aksi kekerasan antar etnis yang hingga kini telah menewaskan setidaknya 80 orang.

Bangladesch Rohingya Bootsflüchtlinge
Para pengungsi RohingyaFoto: DW/Shaikh Azizur Rahman

Penyiksaan sampai ke tahap baru

Amnesty International menuduh pasukan keamanan Birma dan etnis Rakhine yang umat Buddha melakukan penyerangan, pemerkosaan dan pembunuhan.

Selain itu, sumber Rohingya dari Myanmar mengatakan, ribuan pemuda bersembunyi karena suku Rohingnya segera ditangkap begitu terlihat. Ratusan remaja dan pria dewasa berada dalam tahanan.

"Pasukan keamanan dan umat Buddha Rakhine menghalang-halangi aktivitas yang menghasilkan pemasukan di desa-desa Rohingya," ujar Faizullah. "Di banyak desa, umat Buddha berhenti menjual beras dan kebutuhan lainnya kepada suku Rohingya. Pasukan keamanan dan umat Buddha menuntut agar kami pergi dari Myanmar. Pilihannya adalah mati kelaparan dan terbunuh disini."

"Berbahaya membawa perempuan dan anak naik kapal ke Thailand," tambahnya. "Namun, kami mengambil resiko ini karena kami tidak punya pemasukan apapun. Kami harap Thailand akan lebih ramah kepada kami membawa perempuan dan anak. Kami yakin Malaysia akan memberikan suaka atas dasar kemanusiaan."

Nurul Islam, aktivis HAM Rohingya yang bermarkas di Chittagonjg mengatakan, banyak suku Rohingya yang sependapat. "Mereka mengatakan mati di laut lebih tidak menyakitkan dibanding harus mati di tangan Rakhine dan pasukan keamanan."

Ia menambahkan, pasukan keamanan perbatasan Myanmar membantu Rohingya dalam perjalanan kapal dengan uang suap sebesar 12 Dolar AS per orang.

Bangladesch illegale Flüchtlingssiedlung
Kamp pengungsi ilegal Rohingya di Cox Bazar BangladeshFoto: Shaikh Azizur Rahman

Perjalananan penuh bahaya ke Malaysia

Faizullah mengatakan, ia telah menghubungi agen asal Bangladesh yang menuntut biaya 3 juta kyats untuk membawa keluarganya ke Malaysia.

Kashem, agen di Teknaf Bangladesh mengatakan, ia berencana membantu setidaknya sembilan keluarga Rohingya di Arakan untuk sampai ke Malaysia tahun ini.

"Kapal kami akan menjemput kelima keluarga dari pesisir Rakhine dan membawa mereka ke Thailand. Dari sana mereka menuju Malaysia lewat jalan darat. Beberapa gagal masuk ke Bangladesh tahun lalu karena dihalangi penjaga perbatasan Bangladesh." jelas Kashem yang telah delapan tahun terlibat dalam bisnis ilegal ini.

Bangladesh bertahan tidak akan membiarkan pengungsi Rogingya baru memasuki wilayahnya. Pekan lalu, menteri luar negeri Bangladesh Dipu Moni bahkan mendesak pemerintah Myanmar untuk memulai pemulangan 350.000 pengungsi Rohingya yang tinggal di Bangladesh.

Shaikh Azizur Rahman, Dhaka / Vidi Legowo-Zipperer
Editor: Dyan Kostermans