1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Sudan dan Sudan Selatan Kembali Bersitegang

23 April 2012

Bentrokan kembali dilaporkan terjadi akhir pekan lalu antara Sudan dan Sudan Selatan saat Sudan Selatan menarik mundur pasukannya dari kawasan kaya minyak di pusat konflik.

https://p.dw.com/p/14jTM
Foto: AP

Pasukan Sudan dan Sudan Selatan beradu senjata, Minggu (22/04), meski Sudan Selatan mengumumkan selesai menarik mundur pasukannya dari kota produsen minyak, Heglig.

Pasukan darat Sudan melancarkan serangan ke wilayah Sudan Selatan dengan jangkauan lebih dari 10 km. Selain itu Sudan juga melancarkan serangan udara menyasar lahan tambang minyak perusahaan Unity State. Hal itu disampaikan wakil direktur dinas intelijen Sudan Selatan, Mac Paul

"Kami mengerahkan pasukan karena kami pikir militer Sudan juga mengerahkan pasukannya," ujar Paul kepada media di kota perbatasan di selatan, Bentiu. Dinas intelijen Sudan Selatan menyebut serangan Sudan sebagai "invasi serius terhadap kawasan kami."

Sudan dan Sudan Selatan sejak lama dilanda konflik perang saudara sebelum akhirnya diselesaikan pada Juli 2011. kedua negara itu kembali bersitegang akibat pasukan Sudan Selatan menduduki kota Heglig tanggal 10 April lalu. Heglig secara internasional diakui sebagai bagian Sudan. Hal tersebut tidak disetujui oleh Sudan Selatan.

Sudan Selatan memulai penarikan mundur pasukannya dari Heglig, Jumat (20/04), akibat tekanan internasional termasuk Sekjen PBB Ban Ki-moon. Tapi Sudan Selatan mengklaim Sudan membombardir pasukannya ketika mereka meninggalkan kota itu.

Kesepakatan "Masih Jauh"

Ketegangan politik tampaknya meluas menjadi kekerasan etnis, Minggu (22/04). Ratusan warga muslim membumihanguskan sebuah gereja di ibukota Sudan, Khartoum. Sudan dihuni mayoritas warga muslim sementara Sudan Selatan dihuni mayoritas Kristen dan aliran kepercayaan animisme. Warga Sudan Selatan yang tinggal di Sudan berada dalam situasi tidak jelas sejak negara itu terpecah menjadi dua, tahun lalu.

Kelompok perlawanan di wilayah Sudan, sementara itu, mengklaim telah merebut sebagian kota Talodi yang strategis, Minggu malam (22/04). Khartoum mengklaim bahwa kelompok perlawanan di negara bagian Kordofan Selatan dikuasai oleh Sudan Selatan.

Uni Afrika menyerukan agar "semua kekerasan dihentikan sepenuhnya" dan "melanjutkan tanpa syarat perundingan." Tapi Menteri Perminyakan Sudan Ishaq Adam Gamaa mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa kemungkinannya "masih sangat jauh" untuk mencapai kesepakatan.

Gamaa menambahkan bahwa Khartoum sedang berupaya mendapatkan kompensasi atas pendudukan Heglig. Kota itu menyuplai separuh produksi minyak Sudan. Menteri Perminyakan Sudan mengatakan bahwa negaranya kehilangan 40 ribu barel produksi saat terjadinya pendudukkan.

Luky Setyarini/ap/afp/rtr

Editor: Vidi Legowo-Zipperer