1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Studi Ilmiah Pendukung Mitos Gender

asb/hp5 Desember 2013

Perempuan bisa mengerjakan banyak hal dalam satu waktu. Lain halnya dengan laki-laki. Apakah pendapat ini bisa dibenarkan?

https://p.dw.com/p/1ASyJ
Foto: Fotolia

Perempuan kurang bisa membaca peta, sedang laki-laki tak bisa mengerjakan beberapa pekerjaan sekaligus. Sekilas hal ini terdengar seperti sebuah stereotype. Ternyata ini bukan sekedar stereotype, pendapat ini seperti mendapat dukungan secara ilmiah.

Sebuah studi mengenai konektivitas kerja otak yang dilakukan oleh Penn Medicine menemukan hasil yang mengejutkan. Studi ini mengungkap adanya perbedaan mencolok antara laki-laki dan perempuan. Hasil studi ini dipublikasikan oleh Proceedings of National Academy of Sciences (PNAS).

Perbedaan Konektivitas Otak Laki-Laki dan Perempuan

Studi ini menemukan adanya konektivitas yang lebih besar dari depan ke belakang dan di dalam hemisphere seorang laki-laki. Hal ini menunjukkan bahwa otak laki-laki disusun untuk mempermudah sambungan antara persepsi dan tindakan. Sebaliknya konektivitas pada perempuan terjadi diantara bagian kiri dan kanan dari hemisphere dimana sambungan ini mempermudah komunikasi yang terjadi antara intuisi dan analisis.

“Peta ini menunjukkan kepada kita perbedaan besar dan saling melengkapi pada arsitektur otak manusia yang membantu menyediakan potensi dasar pada saraf yang menyebabkan laki-laki bisa lebih unggul dalam suatu hal dan perempuan dalam hal lain” kata Ragini Verma, seorang profesor departemen radiologi di Perelman.

Studi tersebut melaporkan bahwa rata-rata laki-laki lebih baik dalam belajar dan melakukan pekerjaan tunggal seperti bersepeda atau melakukan navigasi arah. Sedangkan perempuan agaknya lebih unggul soal memori dan kemampuan otak yang membuat mereka lebih mampu mengerjakan pekerjaan multi-tasking dan membuat solusi untuk pekerjaan kelompok.

Otak Laki-Laki dan Perempuan Saling Melengkapi

Dalam studi ini para ahli melakukan penelitian terhadap 949 orang yang meliputi 521 orang perempuan dan 428 orang laki-laki dengan kisaran umur antara 8 sampai 22 tahun. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan diffusion tensor imaging (DTI), yakni teknik pencitraan canggih yang berbasis air yang bisa menelusuri dan menyoroti jalur serat otak yang menghubungkan daerah otak yang berbeda-beda.

“Sangat mencolok sekali bagaimana otak laki-laki dan perempuan benar-benar bisa saling melengkapi” kata Ruben Gur salah satu penulis studi tersebut. “Peta konektivitas otak yang detail ini tak akan hanya membantu kita untuk lebih bisa mengerti perbedaan cara berpikir antara laki-laki dan perempuan, akan tetapi juga akan memberikan kita gambaran lebih dalam terhadap akar penyebab gangguan saraf yang seringkali terkait jenis kelamin” katanya lebih lanjut.

Studi ini mencatat hanya ada sejumlah kecil perbedaan konektivitas kerja otak antara laki-laki dan perempuan pada anak-anak berusia di bawah13 tahun. Akan tetapi pada remaja berusia 14-17 tahun serta orang dewasa yang berusia lebih dari 17 tahun, studi ini menemukan adanya perbedaan konektivitas kerja otak yang lebih jelas.

Temuan-temuan dalam studi ini mendukung hasil studi tingkah laku yang dilakukan Penn Medicine sebelumnya. Studi tingkah laku tersebut menunjukkan bahwa wanita lebih unggul dari laki-laki dalam hal mengingat-ingat wajah dan kata-kata. Sedangkan laki-laki lebih unggul dalam memproses informasi ruang dan kecepatan sensor motorik. Perbedaan tersebut ditemukan paling mencolok pada remaja berusia 12-14 tahun.

asb/hp (afp, penn news)