1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

SMS Bantuan bagi Calon Ibu di Timor Leste

Emily Richmond/ Samantha Early 26 Juli 2013

Kawasan berbukit di Timor Leste sangat menyulitkan ibu hamil untuk mencapai fasilitas kesehatan. Sebuah inisiatif yang digagas Liga Inan menghubungkan ibu hamil dan bidan lewat telefon genggam.

https://p.dw.com/p/19EGF
Foto: DW/E. Richmond

Jika berkeliling di rumah bersalin Pangeran Monako di desa Same, Timor Leste, maka salah satu hal yang menarik perhatian adalah tidak adanya alat-alat elektronik. Di situ tidak ada komputer, monitor rahim atau pendingin udara.

Tapi kemudian muncul suara yang identik dengan teknologi modern, yakni bunyi telefon genggam yang bermodel layar sentuh. Pesan SMS –nya adalah untuk Mana Justa, seorang bidan dengan 20 tahun pengalaman. "Ini sms dari seorang pasien, dia mau melahirkan sekarang," ungkap Justa.

Dia menyerukan pada rekan-rekannya untuk mencari tahu lebih rinci tentang perempuan itu, orang yang bertanggung jawab atas dirinya, berikut nomor identifikasi dan catatan medisnya.

Dalam beberapa saat, seluruh tim memperoleh seluruh informasi yang dibutuhkan tentang pasien yang hendak melahirkan tersebut. Staf klinik dapat menelepon balik ke ibu hamil lewat ponsel dan bersama-sama menyusun rencana transportasi untuk menggotongnya ke klinik. Dulu di kawasan itu, untuk melahirkan, perempuan harus mengurus semuanya sendiri.

Jalan yang sulit untuk menjadi ibu

Sejak lepas secara resmi dari Indonesia pada tahun 2002, Timor Leste telah berusaha meningkatkan sistem kesehatanmya. Pemerintah memberikan fasilitas kesehatan gratis, tetapi angka kematian ibu di negara berpenduduk 1,2 juta itu tetap tinggi, yakni mencapai angka 557 per 100.000 kelahiran. Di Jerman, yang memiliki lebih dari 80 juta penduduk, tingkat kematiannya tujuh per 100.000 kelahiran.

Osttimor medizinische Versorgung Klinik Familie
Klinik bersalin di Timor LesteFoto: Emily Richmond

Di Timor Leste , hanya 48 persen kelahiran dibantu oleh petugas yang terampil dan 32 persen berlangsung di fasilitas kesehatan. Perempuan mempunyai rata-rata enam anak.

Osttimor medizinische Versorgung Klinik Familie
Mana Justa, sang kepala bidanFoto: Emily Richmond

Kini di sebuah klinik medis di Timor Timur ada proyek mobilitas yang membantu ibu-ibu hamil dalam mengakses layanan yang lebih baik.

Namun, banyak perempuan yang tinggal jauh dari klinik kesehatan. 69 persen dari mereka sudah memiliki ponsel. Sekitar 77 persen dari mereka mengirim setidaknya satu SMS per hari dan hampir semua dari mereka memiliki jangkauan sinyal di rumah mereka, atau dalam lima menit berjalan kaki.

Liga Inan, dengan program Ponsel Moms menggunakan teknologi untuk menghubungkan ibu hamil dengan penyedia layanan kesehatan. Program ini didanai oleh lembaga USAID, diimplementasikan oleh organisasi non-pemerintah Health Alliance International dan dibantu perangkat lunak perusahaan Catalpa Internasional, yang menjalin kemitraan dengan Kementerian Kesehatan Timor Leste kesehatan.

Pesan sederhana, perbedaan besar

Perempuan hamil di distrik Manufahi, yang pertama kali mencoba memanfaatkan jasa layanan mobile Liga Inan itu. Sejak kunjungan pertama masa awal kehamilan, mereka kemudian menerima pesan teks atau sms dua kali seminggu yang berisi saran yang relevan untuk setiap tahap kehamilan mereka. Misalnya sms yang mengingatkan agar ibu hamil untuk meminum vitamin atau zat besi.

Para bidan juga dapat mengirim pesan untuk kelompok pasien mereka. Misalnya untuk menginformasikan mereka tentang hari vaksinasi di desa setempat. Ibu hamil berkesempatan bertatap muka dengan para profesional kesehatan. Tujuannya adalah untuk menjaga kemajuan proses kehamilan mereka dan waspada terhadap masalah yang dihadapi, serta mencari jalan keluarnya.

Komunikasi berjalan dua arah - pasien bisa secara gratis mengirim pesan SMS untuk meminta bantuan dan dalam beberapa menit, bidan akan menjawabnya.

Mana Justa, kepala bidan klinik kepala di Monaco, desa Same terus menjaga hubungan dengan pasiennya melalui pesan SMS.

Salah seorang yang memanfaatkan jasa ini adalah Henera Monica Da Costa, seorang perempuan berusia 19 tahun dan baru saja melahirkan anak pertama. Dua hari sebelum melahirkan, ia menderita batuk dan demam yang sangat tinggi. Dia mengirimkan pesan teks kepada bidan untuk meminta pertolongan."Bidan itu pergi dan melihat kondisinya tidak baik. Bidan mengambil ambulan dan dua hari berikutnya pasien melahirkan," papar Mana.

Bagi perempuan yang tinggal di lokasi terjauh dari daerah pedesaan Timor Timur seperti Da Costa, Liga Inan menghubungkan diri dengan sentuhan tombol dari lokasi yang jauh dari jangkauan. Dan itu sangat berarti bagi perbedaan antara hidup dan mati.

(Hintergrund Englisch) NEU