1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Singapura Terima Permintaaan Maaf Indonesia

16 April 2014

Singapura menyambut permintaan maaf Panglima TNI Jendral Moeldoko terkait pemberian nama Usman-Harun terhadap kapal perang Indonesia. Kendati begitu TNI tidak berniat mengganti nama kapal tersebut.

https://p.dw.com/p/1BjaW
Foto: cc-by-2.0-skittzitilby

Pemerintah Singapura menyambut permintaan maaf Indonesia terkait nama kedua kapal perang RI yang diambil dari nama kedua prajurit TNI yang terlibat dalam pemboman 1965. Pemerintah negeri jiran itu sebelumnya menggugat dan melarang kedua kapal berlabuh di pelabuhan Singapura.

"Sekali lagi mohon maaf," kata Panglima TNI Jendral Moeldoko, "apa yang kami pikirkan tidak sama sekali berkaitan dengan membangun kembali emosi. Tidak sama sekali. Kedua, hubungan antara kedua negara sedang diperbaiki. Sudah ada komunikasi antar pemimpin. Kepala militer Singapura dan saya telah bertemu," kata mantan wakil gubernur Lemhannas itu kepada Channel NewsAsia, Selasa (15/4).

Sikap Moeldoko disambut oleh Menteri Pertahanan Singapura, Ng Eng Hen yang menyebut langkah tersebut sebagai "isyarat konstruktif untuk memperbaiki hubungan pertahanan bilateral," ujarnya. "Ini akan memperkuat kesepahaman mutual dan persahabatan antara kedua negara yang dibangun selama beberapa dekade."

Indonesia Tidak Mengira Usman-Harun Timbulkan Polemik

Kendati begitu Moeldoko mengaku pihaknya tidak berniat untuk mengubah nama kedua kapal perang.

Moeldoko sendiri mengaku tidak mengira "penamaan Usman Harun, akan memicu polemik," antara kedua negeri jiran. "Sudah merupakan tanggungjawab saya sebagai panglima TNI untuk mengklarifikasi dan mengambil langkah-langkah agar situasinya tidak tereskalasi."

Usman-Harun adalah prajurit Angkatan Laut yang terlibat peledakan hotel McDonald di Singapura pada 1965. Ketika itu, Singapura masih menjadi bagian Malaysia. Serangan tersebut adalah bagian dari manuver militer yang dilancarkan bekas Presiden Sukarno menyusul pendirian Republik Federal Malaysia, 1965 silam.

Usman-Harun kemudian dieksekusi mati di Singapura atas peran keduanya melakukan pemboman yang menewaskan tiga orang dan melukai 33 lainnya. Sebagai bentuk penghormatan, kedua prajurit itu dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata dan mendapat gelar pahlawan nasional.

Singapura akhirnya memisahkan diri dari Malaysia dan menjadi sebuah negara merdeka pada 9 Agustus 1965, dan operasi angkatan bersenjata Indonesia berhenti satu tahun kemudian menyusul tergulingnya Sukarno.

rzn/ap (rtr,afp)