1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Siapa Yang Membiayai ISIS?

Andreas Becker19 Juni 2014

ISIS didaulat sebagai kelompok teroris paling kaya di dunia dengan dana jihad diperkirakan sekitar 2 miliar US Dollar. Dari mana uang tersebut berasal?

https://p.dw.com/p/1CLsE
ISIS ISIL Shakir Waheib Terror Irak
Foto: picture-alliance/AP

Sekitar 500 miliar Dinar atau setara dengan 5 Triliyun Rupiah lenyap dari Bank Sentral Irak cabang Mosul ketika gerilyawan ISIS merebut kota di utara tersebut. Pengamat meyakini, kelompok Islam militan itu kini mengantongi dana jihad sebesar dua miliar US Dollar. Dari mana uang sebesar itu berasal, hingga kini belum jelas.

Pemerintah Irak menuding Arab Saudi mendukung perang yang dilancarkan ISIS. "Kami menanggap Arab Saudi bertanggungjawab," atas dukungan finansial dan moral yang didapat ISIS, kata Perdana Menteri Nuri al-Maliki, Selasa (17/6).

Amerika Serikat yang juga sekutu dekat Riyadh menepis tudingan sang perdana menteri. Ucapannya itu "tidak tepat dan menghina," kata Jen Psaki, Jurubicara Kementrian Luar Negeri AS di Washington.

Duit dari Teluk?

"Tidak ada bukti kuat yang melandaskan keterlibatan pemerintahan sebuah negara dalam pembentukan dan pendanaan ISIS sebagai organisasi," kata Charles Lister, Peneliti di Brookings Doha Centre.

Sebaliknya Günter Meyer yang memimpin Pusat Kajian Arab di Universitas Mainz, Jerman, tidak meragukan adanya kucuran uang dari negeri jiran. "Sumber keuangan terbesar sejauh ini adalah negara-negara di Teluk, terutama Arab Saudi, tapi juga Qatar, Kuwait dan Uni Emirat Arab," kata Meyer.

Kepentingan negara-negara teluk bermazhab Sunni pada keberadaan ISIS sejatinya untuk meruntuhkan kekuasaan Presiden Basyar Assad di Suriah, lanjut Meyer. Sepertiga penduduk Suriah termasuk golongan Sunni. Sementara negeri di tepi Golan itu dipimpin oleh minoritas Syiah Alawiyah.

Peran Arab Saudi

Saat ini pemerintah Arab Saudi pun menyadari bahaya yang ia tuai. "Penduduk Arab Saudi mewakili kelompok terbesar di antara gerilyawan ISIS. Jika mereka pulang, akan muncul ancaman bahwa mereka lantas merongrong pemerintah di Riyadh," kata Meyer.

Menurutnya aman untuk berasumsi bahwa kucuran dana dari Arab Saudi akan terus berlanjut, "bukan dari pemerintah, tapi dari penduduk yang kaya."

Sumber dana kedua buat ISIS adalah ladang minyak di utara Suriah. "ISIS memahami untuk segera menguasai sumber rejeki ini. Mereka membawa minyak mentah ke perbatasan Turki untuk kemudian dijual," ujar Meyer.

Senjata Berkualitas dari Pasar Internasional

Serupa dengan pendapat Charles Listeri dari Brookings Doha Center. Menurutnya ISIS mampu membiayai sendiri operasi militernya. "ISIS berupaya membangun jaringan di antara penduduk untuk mengamankan kucuran dana sumbangan." Sebagai contoh ia menyebut pemerasan sistematis di Mosul.

"Yang dijadikan sasaran adalah pengusaha kecil atau juga perusahaan besar, dan jika isunya benar bahkan pemerintah setempat," kata Lister. "Selain itu diduga organisasi ini mengambil uang pajak di kawasan yang dikuasainya, misalnya di Raqqa, timur laut Suriah.

ISIS, menurut Meyer, akan menggunakan uang tersebut untuk membeli persenjataan. Ketika merebut kota Mosul, kelompok teror itu juga menyita senjata dan kendaraan lapis baja buatan Amerika Serikat. "Dengan uang yang ada, mereka akan mudah membeli senjata berkualitas di pasar internasional."