1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Sehatnya Menyantap Serangga

Brigitte Osterath22 Mei 2014

Menurut kalangan ilmiah, serangga bisa menjadi sumber pangan penting untuk masa depan. Tak hanya lezat, peneliti Belanda Arnold van Huis mengatakan serangga‎ juga lebih ramah lingkungan.

https://p.dw.com/p/1C3bN
Insekten als Nahrungsmittel in Kambodscha Grillenzucht
Foto: picture-alliance/dpa

DW: Bapak van Huis, apa Anda sendiri pemakan serangga?

Arnold van Huis: Ya, sekitar sekali seminggu. Ada sejumlah toko di Belanda, tempat membeli serangga. Atau bisa juga pesan di internet.

Serangga mana yang paling lezat?

Belalang. Dan juga jangkrik, tapi mereka belum tersedia untuk pasar Belanda.

Seperti apa rasanya?

Seperti ayam atau daging sapi saja, harus dimasak dengan baik dan diracik sedemikian rupa. Dan juga tergantung jenis serangganya. Jangkrik terasa enak kalau hanya digongseng sedikit. Begitu juga dengan belalang.

Bagaimana cara terbaik menambahkan rasa pada serangga?

Dengan sedikit garam, tomat dan bawang. Terkadang juga dibuat pucat atau dimasak. Bisa juga dihaluskan dan diubah menjadi berbagai macam produk.

Mengapa serangga adalah sumber pangan penting untuk masa depan?

Lebih dari 70 persen lahan pertanian di seluruh dunia digunakan untuk hewan ternak. Ketika permintaan atas daging meningkat, kita perlu sumber protein baru. Dan serangga adalah, dari segi diet, cukup serupa. Mereka bahkan lebih baik.

Apakah mereka baik bagi lingkungan?

Ya, serangga memproduksi lebih sedikit gas rumah kaca dan amonia. Mereka sangat efisien dalam mengubah apa yang mereka makan menjadi bobot tubuh. Mungkin karena serangga berdarah dingin. Mereka tidak perlu makanan ekstra untuk menjaga suhu tubuh yang hangat. Untuk memproduksi satu kilogram daging sapi diperlukan 25 kilogram pakan ternak. Untuk satu kilogram serangga, pangan yang dibutuhkan hanya dua kilogram.

Namun kebanyakan warga Eropa saat ini tidak dapat membayangkan makan serangga.

Benar, tapi ini berhubungan dengan persepsi dan perasaan kita. Ini sebuah fenomena psikologis. Masalahnya bukan pada rasa serangga, kita bisa membuatnya lezat.

Apa rencana Anda untuk meyakinkan orang hingga mau makan serangga?

Pertama-tama harus menyediakan cukup informasi mengenai serangga, termasuk keterangan bahwa menyantap serangga tidak berbahaya. Banyak orang yang mengaitkan serangga dengan hal-hal yang kotor. Juga para penggelut gastronomi harus mencari cara untuk menciptakan hidangan serangga yang lezat.

Apa sudah ada restoran yang menawarkan serangga dalam menu?

Ya, contohnya restoran Noma di Kopenhagen, yang sekali lagi diakui sebagai restoran terbaik di dunia. Mereka punya serangga dalam menu. Seringkali para koki menyontek resep koki-koki terkenal. Itulah mengapa kami berharap bakal ada juga acara televisi yang mempraktekkan masak dengan bahan serangga. Kalau sudah mencapai titik ini, mentalitas dan persepsi orang dapat berubah dengan cepat.

Arnold van Huis adalah seorang periset serangga di Universitas Wageningen, Belanda, dan salah satu penyelenggara konferensi 'Insects to feed the world.' Ia juga telah menerbitkan sebuah buku resep untuk serangga.