1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Seberkas Cahaya untuk Mereka Yang Buta

21 Juni 2014

Setelah ditakdirkan untuk hidup dalam kegelapan, puluhan orang dilanda penyakit retina menemukan kembali cahaya, ketika ilmuwan berusaha mengatasi kebutaan.

https://p.dw.com/p/1CN3m
Foto: picture-alliance/dpa

Retina bionik memungkinkan orang-orang yang mengalami kebutaan untuk bisa kembali "melihat" trotoar, atau juga pintu misalnya, dan bahkan teks. Selama ini, pengembangan obat-obatan diusahakan untuk dapat menghentikan beberapa bentuk kebutaan yang berkaitan dengan usia. Sedangkan di laboratorium, sel-sel induk diupayakan untuk memperbaiki jaringan retina.

"Hal-hal yang dianggap tidak mungkin pada beberapa tahun yang lalu, kini dapat diwujudkan," papar Maria Canto-Soler, yang merupakan direktur retina di Degeneration Research Centre, Universitas Johns Hopkins, Amerika Serikat. Ditambahkannya, "Mungkin tidak tepat untuk mengatakan bahwa kita akan menemukan cara untuk menyembuhkan penyakit degeneratif retina hanya dalam beberapa tahun lagi, tapi kita sudah pasti berada di jalur yang benar. Jadi hal itu hanya masalah waktu."

Penyakit degeneratif retina, seperti retinitis pigmentosa (RP) mempengaruhi lebih dari 30 juta orang di seluruh dunia, demikian menurut Foundation Fighting Blindness (FFB), yang bermarkas di Columbia, Maryland.

Mata bionik

Age-related Macular Degeneration (AMD) merupakan penyebab utama kebutaan pada orang-orang di atas 50 tahun di negara-negara berkembang. Sedangkan sindrom Usher menjadi penyebab utama gabungan tuli dan kebutaan.Para ilmuwan berharap agar pasien yang divonis penyakit retina degeneratif tidak akan mengalami gangguan itu secara permanen.

Namun, tidak lagi hanya dalam ranah fiksi ilmiah, retina bionik sudah mengubah kehidupan beberapa puluh orang yang menggunakannya, baik di Amerika Serikat dan Eropa. Sistem ini dibangun dengan cara menanam sebuah 'chip' dalam mata, yang mampu meniru fungsi sel-sel fotoreseptor. Ini biasanya dikombinasikan dengan kamera mini yang dipasang pada kacamata hitam.

Kamera mengirimkan gambar melalui komputer mini pada chip, yang dihubungkan dengan sinyal listrik ke otak, untuk membentuk pandangan. Chip itu sendiri berfungsi juga sebagai fotoreseptor dan pemancar.

Penerima implan dapat membuat bentuk dan pola cahaya, yang memungkinkan mereka untuk menghindari rintangan di jalan, misalnya, atau bahkan membaca tanda-tanda jalan yang besar.

"Chip ini mengubah segalanya. Saya bisa berhenti di tepi jalan, menyeberangi jalan dan menemukan trotoar lain di sisi jalan lain," ujar "Mr K", penerima jenis retina bionik prostesis Argus II yang diproduksi Second Sight di Kalifornia, pada tahun 2009.

"Jika saya pergi ke bar(pub), saya tahu di mana ada orang-orang. Saya tidak bisa melihat wajah mereka, tapi saya tahu ada orang lain di sekitar saya. Jadi bukan lagi duduk di ruangan gelap, tanpa pernah tahu apakah Anda sedang berbicara dengan diri sendiri atau orang di samping Anda. Ini menggembirakan! "

Terapi genetika

Bidang lain yang menjanjikan adalah terapi genetika. Sebuah uji klinis di Rumah Sakit Anak Philadelphia telah berhasil memulihkan pandangan 40 anak-anak dan dewasa yang hampir buta, setelah menderita retinitis pigmentosa.

Salah satu yang terbantu adalah Corey Haas, "Ia sekarang dapat melihat papan tulis di sekolah," demikian pernyataan Foundation Fighting Blindness.

Terapi genetika bekerja dengan cara menyuntikkan gen korektif ke dalam sel-sel retina untuk menggantikan sel yang rusak. Satu kali perawatan dapat berlangsung beberapa tahun, bahkan mungkin seumur hidup.

Haas menerima pengobatan pada tahun 2008, ketika ia masih berusia delapan tahun. Dalam video yang direkam bulan September 2013 lalu, ia tampil berlarian di luar rumah, mengenakan sepasang kacamata ringan, memukul paku ke blok kayu, naik sepeda, dan membangun mainan Lego.

"Empat hari setelah operasi kami akan ke kebun binatang dan Corey bilang: 'Matahari menyakiti mata saya' – itu sebelumnya tidak pernah terjadi," ibunya, Nancy, menceritakan dengan air mata bahagia.

Awal bulan ini, tim peneliti Canto-Soler menyatakan mereka telah menggunakan sel induk untuk membuat jaringan retina manusia di laboratorium yang "memiliki kemampuan untuk merasakan cahaya". Transplantasi sel rekayasa genetika menurut mereka bisa menyembuhkan kebutaan.

ap/ml(afp)