1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Seberapa Serius Eropa Tanggapi Ancaman Ebola

9 Oktober 2014

Spanyol melaporkan kasus pertama penularan Ebola di Eropa. Seberapa besar ancaman virus mematikan itu di Eropa, DW mewawancarai pakar virologi Jonas Schmidt-Chanasit.

https://p.dw.com/p/1DRzh
Spanien Heimflug Ebola-Patient Garcia Viejo 22.09.2014
Foto: Reuters/Ministry of Defence

DW: Kemungkinan selalu terbuka bahwa virus akan tiba di Eropa. Tapi faktanya, penularan terjadi kepada seorang perawat dalam lingkungan tertutup samasekali tidak diduga. Bagaimana hal ini bisa terjadi?

Jonas Schmidt-Chanasit: Tidak ada yang mengira. Saya juga tidak mengerti mengapa hal itu bisa terjadi. Mereka akan menginvestigasi dan menemukan bagaimana bisa terjadi penularan. Tapi ini mengagetkan, sebab faktanya Eropa sangat siap mengantisipasi. Juga dalam sorotan kasus ini, persiapan kami tetap bagus. Jadi, sebetulnya tidak ada perubahan dalam situasi mendasar di sini.

DW: Dugaan makin marak bahwa perawat terinfeksi akibat menyentuh pakaian yang pernah digunakan pasien. Apakah hal ini mungkin?

JSC: Itu bisa terjadi. Jika ada darah atau cairan tubuh pada pakaian, hal itu merupakan risiko bagi penularan kepada orang lain. Tapi saya dan banyak orang lainnya sulit mengerti bahwa kesalahan bodoh semacam itu bisa dilakukan.

Jonas Schmidt-Chanasit vom Bernhard-Nocht-Institut für Tropenmedizin
Jonas Schmidt-Chanasit pakar virologi Bernhard-Nocht-Institute untuk Kedokteran Tropis.Foto: BNI

Pakaian dimusnahkan secepatnya. Tidak ada orang yang membawa pakaian pasien itu dengan bebas menggunakan tangannya. Hal semacam itu akan sangat mengejutkan saya. Ada tindakan pencegahan dan prosedur standar yang sudah baku selama bertahun-tahun. Mereka juga dilatih untuk itu. Jadi amat sulit membayangkan, ada staf medis yang bertindak melanggar standar itu di Eropa.

Saya tegaskan lagi, hal semacam itu tidak boleh terjadi, dan saya benar-benar terkejut. Yang bisa kita lakukan sekarang adalah menunggu dan menemukan bagaimana caranya perawat itu terinfeksi.

DW: Menurut Anda, apakah ancaman Ebola ditanggapi cukup serius di negara-negara Eropa?

JSC: Tentu saja. Semua negara di Eropa menanggapi sangat serius dan siap mengantisipasi perawatan pasien yang terinfeksi Ebola. Kami melihat dari kemapanan sistem medis, dimana penderita bisa dirawat tanpa menimbulkan ancaman bagi orang lain.

Saya pikir, apa yang terjadi di Spanyol adalah dampak dari sebuah kesalahan dan aturan baku tidak ditaati secara tegas. Tapi, hal itu tidak berarti kita mulai meragukan cara penanganan dan pengobatan kasus semacam itu. Apa yang ada sekarang sudah benar, dan tidak ada cara ampuh menangani kesalahan semacam itu. Yang bisa kita lakukan dalam kasus seperti yang terjadi di Spanyol, adalah mengamati dengan teliti, apa yang salah, untuk mencegah kasus serupa terulang lagi.

DW: Bagaimana kemungkinannya, apakah bisa muncul kasus Ebola di negara lain Eropa?

JSC: Kemungkinan selalu ada bahwa ada kasus yang diimpor dari Afrika. Tapi saya pikir tidak begitu besar. Tindakan antisipasi sudah dijalankan, termasuk pengawasan serta pemeriksaan di bandara bagi orang yang ingin meninggalkan negara yang dilanda wabah. Hal itu diharapkan mencegah penyebarannya. Tapi, jika virus terus menyebar di Afrika Barat, menular ke negara-negara lain di sana, tentu risiko bagi Eropa juga meningkat.

Tapi kondisi di sebagian besar negara-negara Eropa jauh berbeda dengan kondisi di Afrika Barat. Jadi kita tidak memandang bakal terjadi wabah di Eropa dengan skala seperti di Afrika.

DW: Pengawasan di bandara tergantung dari kejujuran seseorang. Bagaimana jika seseorang tidak jujur? Bagaimana tanggapan Anda?

JSC: Kami sudah memperkirakan pasti ada kasus ketidakjujuran. Ini saja sudah merupakan tragedi, tapi itulah realita yang harus kita hadapi.

DW: Waktu inkubasi tiga minggu serta kemungkinan volume kontak satu orang dengan yang lainnya, pada periode tersebut, tentu ada perkiraan siginifikan mengenai kemungkinan kerugiannya.

JSC: Yang sangat penting untuk diingat, virus hanya bisa ditularkan jika pasien sudah sakit. Artinya, jika saya terinfeksi tapi tidak sakit dalam periode inkubasi dua minggu pertama, saya tidak bisa menularkan virusnya.

Itu berdampak pada pembatasan penyebaran virus, karena di Eropa kebanyakan orang langsung pergi ke dokter jika merasa sakit, dan tidak berkeliaran ke mana-mana dengan menahan rasa sakit selama beberapa pekan.

DW: Menurut Anda, apakah gawatnya kasus ini bakal memiliki dampak pada aksi bantuan Eropa dan Barat untuk meredam penykit di Afrika?

JSC: Harapan saya, kasus ini akan membangunkan negara-negara Eropa. Dan akan mengarah pada pengadaan sumber daya yang bisa diakses makin cepat. Serta bantuan para pakar yang dikirim ke negara yang dilanda wabah. Permintaan sudah disampaikan, tapi saat ini hanya sedikit bantuan yang benar-benar sudah tiba di lokasi di mana hal itu diperlukan.

Dr. Jonas Schmidt-Chanasit , kepala bagian virologi klinis di Bernhard Nocht Institute for Tropical Medicine di Hamburg, Jerman.