1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Sarung Tangan untuk Menulis di Udara

Kate Hairsine3 Desember 2013

Periset Jerman telah mengembangkan sebuah prototipe sarung tangan yang mampu mengenali kata-kata yang ditulis di udara. Sistem ini dapat mengakhiri kesulitan menulis pada layar sentuh kecil.

https://p.dw.com/p/1AS6r
Ilmuwan komputer Christoph Amma memakai sarung tangan untuk menulis di udara
Ilmuwan komputer Christoph Amma memakai sarung tangan untuk menulis di udaraFoto: Volker Steeger

Tidak lama lagi setiap orang dapat menulis pesan ponsel dan email hanya dengan menggerakkan tangan. Sosok di balik Airwriting - sebutan bagi teknologi tersebut - adalah Christoph Amma, seorang ilmuwan komputer dan mahasiswa PhD di Institut Teknologi Karlsruhe (KIT).

Di kantornya, Amma mengambil sarung tangan yang dilengkapi sensor gerak, sebuah pemancar nirkabel Bluetooth dan sebuah pengendali mikro. Sarung tangan ini merupakan prototipe yang memungkinkan kata-kata dan bahkan kalimat yang ditulis di udara untuk ditangkap dan diubah menjadi teks komputer.

Layar sentuh adalah ciptaan hebat - tapi mungkin tidak untuk segalanya dan semua orang
Layar sentuh adalah ciptaan hebat - tapi mungkin tidak untuk segalanya dan semua orangFoto: picture-alliance/dpa

Sebelum mencoba sarung tangan, ada sejumlah syarat yang harus dipenuhi: hanya boleh menulis dalam bahasa Inggris, harus menggunakan huruf kapital dan jangan terlalu banyak menggoyangkan pergelangan tangan.

Amma kemudian menghubungkan sirkuit dan laptop di mejanya menyala.

"Ada kosakata tetap terdiri dari sekitar 8.200 kata," ungkap Amma, "Diambil dari daftar kata-kata yang paling sering digunakan dalam bahasa Inggris."

Setiap kata yang dituliskan di udara muncul bagaikan sulap pada layar laptop.

Algoritma pengenalan pola

Namun ini bukan sulap. Menjadi hasil kerja keras selama 5 tahun, mengembangkan algoritma pengenalan pola yang mampu menerjemahkan gerakan dengan benar.

Untuk menciptakan model statistik setiap huruf dalam alfabet, Amma merekam data menulis di udara dari 23 sukarelawan.

Sistem menulis di udara mempunyai rata-rata tingkat kesalahan sebesar 11 persen, yang berarti hanya satu dari setiap sebelas kata yang salah. Namun begitu diadaptasi untuk pengguna individu, angka tadi turun menjadi 3 persen.

"Ini karena setiap orang memiliki gaya menulis tersendiri bahkan saat menulis dalam huruf kapital. Jadi lebih baik kalau diadaptasi untuk satu pengguna," ucap Amma, sebelum menambahkan bahwa ia tengah berupaya mengurangi tingkat kesalahan.

Sistem menulis di udara didesain sedemikian rupa sehingga tidak harus dinyalakan saat pengguna ingin menulis. Sistem mampu mengenali pola menyerupai alfabet di antara jutaan gerakan tangan yang umumnya dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.

Gemar berkirim teks: Kanselir Jerman Angela Merkel tidak menemukan masalah mengirim teks melalui ponsel, tapi banyak orang kesulitan
Gemar berkirim teks: Kanselir Jerman Angela Merkel tidak menemukan masalah mengirim teks melalui ponsel, tapi banyak orang kesulitanFoto: imago/IPON

Kegunaan

Kebanyakan riset terkait antarmuka gerakan fokus pada pengenalan sebuah gerakan yang merujuk pada perintah tertentu - seperti membuka sebuah aplikasi smartphone dengan gerakan dari kanan ke kiri di hadapan layar. Namun ada batasan sebanyak apa gerakan yang dapat atau ingin diingat oleh seseorang.

Kelebihan antarmuka gerakan yang didasarkan pada alfabet adalah orang sudah paham betul mengenai alfabet. Namun pertanyaannya sekarang bagaimana memasukkan gerakan-gerakan ini agar dapat mengontrol sebuah ponsel.

Seorang profesor di KIT, Tanya Schultz, menjadi bagian tim riset Airwriting dan supervisor Amma. Ia membayangkan menulis di udara dapat diintegrasikan dengan alat-alat seperti kacamata pintar Google Glass.

Layar yang terintegrasi pada kacamata tersebut "akan memberi bayangan apa yang dilakukan oleh ponsel dan apakah teks yang diketik itu sesuai dengan apa yang ingin dikatakan," tutur Schultz.

Kalau sudah begitu, sebuah perangkat genggam tidak lagi dibutuhkan. Tapi masih banyak pekerjaan yang harus dituntaskan.

Schulz dan Amma memenangkan Penghargaan Riset Google tahun 2013 bernilai 81.000 Dolar untuk terus mengembangkan sistem menulis di udara buatan mereka.