1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Sanksi Terhadap Rusia Mulai Diterapkan

12 September 2014

Uni Eropa mulai menerapkan sanksi baru terhadap Rusia sehubungan dengan krisis Ukraina. Nilai tukar rubel anjlok, Rusia mengancam akan melakukan langkah balasan.

https://p.dw.com/p/1DBCj
Foto: DW/R.Goncharenko

Uni Eropa sejak hari Jumat (12/09) menerapkan sanksi terbaru terhadap Rusia sehubungan dengan krisis di Ukraina. Kali ini, perusahaan-perusahaan minyak dan gas besar, seperti Gazprom, Rosneft dan Transneft masuk dalam daftar sanksi ekonomi.

Semua perusahaan itu tidak akan mendapat fasilitas kredit lagi dari Uni Eropa. Selain itu, Uni Eropa juga menghentikan bisnis dengan perusahaan–perusahaan senjata. Daftar orang yang dilarang masuk ke Uni Eropa bertambah dengan 24 nama tokoh-tokoh politik Rusia dan Ukraina.

Keputusan sanksi terbaru terhadap Rusia sudah ditetapkan awal Minggu lalu, namun baru diterapkan hari Jumat ini. Uni Eropa menerangkan, jika Rusia benar-benar melakukan deeskalasi di Ukraina, sanksi itu bisa diperlonggar.

Nilai tukar Rubel anjlok

Setelah pengumumann sanksi terbaru itu, nilai tukar mata uang Rubel Rusia terhadap dolar langsung anjlok dan mencapai nilai terendah pada perdagangan bursa hari Jumat.

Sanksi terhadap Rusia juga diberlakukan pada perusahaan penerbangan United Aircraft Corporation, yang memproduksi pesawat tempur MiG dan Sukhoi. Perusahaan senjata Kalashnikov juga masuk dalam daftar perusahaan yang terkena sanksi.

Presiden AS Barack Obama sebelumnya menyatakan akan mengumumkan sanksi-sanksi baru terhadap Rusia mengiringi langkah Uni Eropa.

Uni Eropa dan Amerika Serikat sebelumnya sudah menjatuhkan serangkaian sanksi ekonomi terhadap Rusia setelah krisis di Ukraina meruncing.

Rusia ancam langkah balasan

Kementerian Luar Negeri Rusia mengecam keras sanksi terbaru dan menerangkan, langkah itu tidak mendukung upaya gencatan senjata di Ukraina.

"Dengan melakukan langkah ini, Uni Eropa secara de facto telah menentang penyelesaian damai dalam konflik internal di Ukraina", demikian disebutkan dalam sebuah pernyataan.

Rusia selama ini membantah mendukung gerakan separatis di Ukraina dengan mengirim persenjataan dan personal militer.

Perdana Menteri Rusia Dmitry Medvedev pernah mengancam akan melakukan langkah balasan terhadap Uni Eropa. Ia mengatakan, Rusia bisa saja menutup ruang udaranya untuk semua penerbangan dari Eropa ke Asia.

Perusahaan gas di Jerman dan Polandia menerangkan, Rusia mulai mengurangi pasokan gas ke Polandia dan negara-negara Eropa lain. Polandia menyatakan, pasokan gas ke negaranya mendadak berkurang sampai 50 persen. Hal sama dilaporkan dari Austria, yang menyatakan mereka mendapat 15 persen lebih sedikit gas dari Rusia.

Rusia adalah salah satu mitra dagang terbesar Uni Eropa, terutama bagi negara-negara di Eropa timur. Sebagian besar pasokan gas di Eropa timur berasal dari Rusia.

hp/ab (afp,rtr,dpa)