1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Sang Penantang Anwar Ibrahim

3 Mei 2013

Pemimpin oposisi Anwar Ibrahim mungkin orang paling dibenci di Malaysia, yang digambarkan oleh para lawan politiknya sebagai pelaku sodomi dan oportunis.

https://p.dw.com/p/18R8k
Foto: Reuters

Bagi para pengikutnya, Anwar adalah ikon demokrasi yang bisa membawa Malaysia menjadi lebih makmur.

Murray Heibert, organisasi tangki pemikiran yang berbasis di Amerika yakni Center for Strategic and International Studies, mengatakan bahwa para investor asing nyaman dengan Anwar, 65 tahun, meski ada berberapa catatan mengenai aktivitas radikal pada masa lalunya.

“Anwar dipandang sebagai pro barat, bersahabat dengan Amerika, dan pendukung prinsip-prinsip pasar bebas dan invetasi asing saat ia menjabat di pemerintahan,“ kata dia. “Kelihatannya tidak ada perbedaan besar dalam soal politik luar negeri maupun ekonomi diantara Najib dengan Anwar.“

Dijerat tuduhan korupsi dan sodomi

Keberuntungan politik Anwar membaik setelah pada Januari 2012, pengadilan tinggi Kuala Lumpur membebaskannya dari tuduhan sodomi yang diajukan oleh bekas ajudannya pada tahun 2008.

Itu adalah tuduhan sodomi kedua atas Anwar sejak ia terpendal dari mentor sekaligus perdana menteri Mahathir Mohamad, pada 1998.

Anwar dinyatakan bersalah korupsi dan dipenjara empat tahun pada September 1998. Pada tahun 2000, pengadilan lain menyatakan ia bersalah atas tuduhan sodomi dan menjatuhkan vonis penjara tambahan enam tahun.

Pengadilan Federal kemudian membatalkan tuduhan sodomi pada tahun 2004, dan menyatakan bahwa kesaksian penggugat utama tidak bisa diandalkan, dan Anwar kemudian dibebaskan dari penjara.

Empat tahun kemudian, Anwar menyentak politik Malaysia ketika Pakatan Rakyat untuk pertama kalinya mematahkan tradisi Barisan Nasional yang berkuasa dan sebelumnya selalu meraih minimal dua pertiga kursi di parlemen.

Karir politik

Anwar lahir tahun 1947 di sebuah kota kecil di negara bagian utara Penang. Ia kuliah pada tahun `70an di mana ia menjadi seorang aktivis radikal yang melakukan aksi perusakan atas berbagai simbol berbahasa Inggris di Universitas Malaya.

Pada 1982 ia bergabung dengan Front Nasional yang berkuasa dan dengan cepat meraih jabatan penting. Ia menjadi menteri kebudayaan, pemuda dan olahraga pada tahun 1983, ditunjuk menjadi menteri pertanian pada tahun 1984 dan menjadi menteri pendidikan dua tahun kemudian.

Ia lantas ditunjuk menjadi menteri keuangan dan wakil perdana menteri pada tahun 1990an oleh Mahathir, dimana hubungan mereka saat itu dilihat orang seperti seorang bapak dengan anak.

Tapi keduanya terlibat perdebatan sengit atas sejumlah kebijakan ekonomi dan keuangan yang akhirnya membawa Anwar dicopot dari semua jabatannya di pemerintahan dan partai.

ab/ek (rtr/afp/dpa)