1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Rusia Siap Intervensi Ukraina

28 Februari 2014

Parlemen Rusia menyetujui permohonan Presiden Vladimir Putin bagi aksi militer di Krimea. Rusia mulai pindahkan 6000 serdadu ke Krimea. Militer Ukraina dalam status siaga penuh.

https://p.dw.com/p/1BHXo
Foto: Reuters

Permohonan Putin kepada Dewan Federasi untuk menempatkan pasukan di Ukraina ini, adalah menyusul perdebatan di parlemen dalam rangka mencari jalan “menstabilkan” situasi di Krimea, Ukraina. Di wilayah tersebut, bermarkas armada Laut Hitam Rusia dan banyak warga etnis Rusia bermukim.

“Sehubungan dengan situasi yang luar biasa di Ukraina dan ancaman terhadap nyawa warga Rusia ... saya serahkan permohonan ke Dewan Federasi untuk menggunakan angkatan bersenjata Rusia di wilayah Ukraina, sampai terjadi normalisasi situasi politik dalam negara itu", kata Putin.

Sebelumnya, Presiden AS Barack Obama memperingatkan Rusia, bahwa akan ada "konsekuensi-nya", atas intervensi Rusia di Ukraina yang tengah bergejolak.

Tanpa menjelaskan secara rinci, Presiden Amerika Serikat Barack Obama mengatakan bahwa, Amerika Serikat akan berdiri bersama komunitas internasional, untuk menjamin bahwa akan ada konsekuensi terhadap setiap intervensi yang terjadi di Ukraina.

Presiden AS Barack Obama
Foto: picture-alliance/dpa

Di lain pihak, Rusia membantah memberangkatkan pasukan militer ke Krimea dan mencoba memprovokasi konflik bersenjata, seperti yang dituduhkan pemerintah interim Ukraina.

Yanukovich tampil di publik

Sementara, Presiden Ukraina yang dipecat, Viktor Yanukovych, hari Jumat (28/01) tampil di hadapan wartawan di kota Rostov di Rusia. Ia menolak pemecatannya dan menyatakan akan terus berjuang. Viktor Yanukovych akhirnya tampil ke publik di Rostov, Rusia. Kepada wartawan ia mengatakan, ia akan "terus berjuang demi masa depan Ukraina".

Yanukovych yang di Ukraina dicari sebagai "pembunuh massal", menyebut pemerintahan interim di Kiev sebagai kelompok fasis. "Para nasionalis dan pemuda neofasis, yang merupakan minoritas di Ukraina" telah mengambil alih kekuasaan, kata bekas pemimpin Ukraina itu.

Janukowitsch PK in Rostow 28.02.2014
Viktor Yanukovych tampil di Rostov, RusiaFoto: Reuters

"Ini adalah hasil politik Barat yang tidak bertanggung jawab, yang mendukung Maidan", kata Yanukovych merujuk pada gerakan protes di lapangan di pusat kota Kiev itu. Ia menyatakan siap kembali ke Ukraina, jika ada jaminan kemanan.

Bekas orang kuat Ukraina itu mengatakan, ia sudah melakukan percakapan telepon dengan Presiden Vladimir Putin begitu tiba di Rusia.

Ketegangan meningkat di Krimea

Ketegangan antara Ukraina dan Rusia meningkat sehubungan dengan insiden di Krimea, yang mayoritas pendukungnya secara tradisional mendukung Rusia. Ukraina menuduh Rusia mencoba melakukan "invasi militer".

Pasukan bersenjata diberitakan menduduki bandar internasional di Sevastopol, kota pelabuhan yang menjadi pangkalan Armada Laut Hitam Rusia. Selain itu, orang-orang bersenjata juga mengawasi bandara internasional di Simferopol, ibukota Krimea.

Para penyerang berseragam militer tapi tanpa tanda pengenal. Media lokal melaporkan, mereka adalah kelompok milisi yang mendukung Rusia. Menteri Dalam Negeri Ukraina, Arsen Avakov menulis di Facebook, bandara internasional di Sevastopol diblokade oleh satuan militer Rusia.

"Saya hanya bisa menyebut ini sebagai invasi militer dan pendudukan", tulis Avakov. Selanjutnya ia menerangkan, memang tidak ada pihak yang terlibat pertempuran.

"Kasus ini adalah provokasi langsung di territorial sebuah negara yang berdaulat", kata Akarov. Ia menuduh Rusia melanggar norma-norma dan perjanjian internasional.

Militer Rusia menolak tuduhan itu. Jurubicara militer mengatakan kepada kantor berita Interfax, marinir dari Armada Laut Hitam tidak terlibat dalam pendudukan bandara di Sevastopol dan juga tidak melakukan blokade.

Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menerangkan, Rusia akan "menghormati integritas territorial Ukraina".

ap/hp/as (afp, rtr)