1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

101011 Max Beckmann Schau Frankfurt

22 Oktober 2011

Ia sering disebut „yang paling Jerman diantara para pelukis Jerman abad ke-20an“. Kini berlangsung tiga pameran retrospeksi besar, dua di Jerman dan satu di Swiss yang secara khusus menampilkan karya-karya Max Beckmann.

https://p.dw.com/p/12wnt
Potret Diri Max BeckmannFoto: VG Bild-Kunst, Bonn 2011

Max Beckmann lahir 1884, sebagai putra seorang makelar tanah dan pedagang tepung. Usai sekolah menengah, ia mengikuti pendidikan tradisional seni lukis di Sekolah Seni Weimar. Meski begitu sepulangnya dari Paris, pada usia 21 tahun ia bergabung dengan kelompok Secession Berlin yang memberontak terhadap aturan-aturan seni klasik berbasis mitologi, agama, serta potret-potret keluarga bangsawan. Hal yang tak mengherankan, mengingat seputar 1905 Paris merupakan ajang berbagai pertentangan dan perubahan drastis dalam dunia seni rupa.

Masa seputar 1905 di Paris sering dianggap sebagai puncak kelahiran seni rupa modern di Barat. Di Perancis dan Belgia ditandai dengan lukisan-lukisan Art a la Rue, yang menggambarkan kehidupan kelas buruh dan kemudian gaya-gaya fauvisme, kubisme dan neo-impresionisme. Sedangkan di Jerman ditandai dengan gaya ekspresionisme yang menggambarkan pengalaman emosional si pelukis. Dan seperti dunia kesenian saat ini, dulupun berlangsung semacam simbiose cara pandang yang saling mempengaruhi.

Panggung Sirkus Kehidupan

Lukisan Beckmann seputar 1905, merefleksikan pergulatannya dengan pencarian horison baru. Ini terlihat di Leipzig pada rangkaian lukisan yang menggambarkan keseharian di bar-bar musik dan klab malam.

Max Beckmann Autstellung im Städel Museum Frankfurt Flash-Galerie
Max BeckmannFoto: Max Beckmann Archiv

Eksotisme penyanyi jazz dan saxophon yang lebih besar dari ukuran manusia, pertentangan gender lelaki dan perempuan yang tertarik satu dengan yang lainnya meskipun tak mampu saling mencintai, kaum jahanam yang kadang memang penjahat, kaum baik yang tak selalu cantik dan mereka yang hidup dalam kesedihan.

Di Leipzig, panggung kanvas Beckmann dipenuhi potret-potret dengan permainan warna kontras mencolok yang merefleksikan kegamangan hidup, baik itu gigolo, pelacur maupun artis pemakan api dengan cengirnya yang miring dan wajah-wajah beku. Atmosfir lain dimunculkan dalam pameran di Frankfurt, yang meliputi karya-karya di masa sebelum wafatnya Beckmann di Amerika Serikat.

"Secara keseluruhan New York adalah gambaran ajaib dari segala karya manusia yang berukuran raksasa. Ini cocok juga bagi saya“. Begitu terdengar dari film yang diputar di pameran Frankfurt.

Pada masa ini yakni antara 1947 hingga 1950, Beckmann rajin menulis dalam dalam buku hariannya. Mencatat impresinya mengenai New York, San Francisco, kawasan tengah Barat dan St Louis serta daerah lain yang dikunjunginya. Bagi Beckmann yang selain di Jerman, juga sudah terkenal di Amerika Serikat, masa itu penuh dengan pengalaman dan pemikiran baru.

Gairah Hidup Baru

"Keadaan di Amerika bertolak belakang dengan di Jerman yang hancur akibat perang dunia kedua dan ia tinggalkan itu. Memang selama perang Beckmann menetap di Amsterdam, tapi Amerika tampaknya memberikan gairah hidup yang baru. Di sana ia bisa bekerja dan hidup tanpa tekanan. Ia bertemu orang-orang baru, mendapatkan teman-teman baru yang menerimanya dengan tangan terbuka. Ia kembali mengajar, ia bekerja dengan orang-orang muda yang bermotivasi tinggi. Ini semua tidak mengambil seluruh waktunya, karena bagi dia yang terpenting adalah kerjanya di studio lukis“, Begitu ungkap kurator pameran Jutta Schütt.

Ausstellung DREI Max Beckmann Beginning
Triptikon karya Max Beckmann : "Beginning" (Awal)Foto: VG Bild-Kunst

Menurut Schütt, Beckmann menghasilkan karya-karya kuat yang penuh inspirasi. Pun buku hariannya merupakan gudang informasi tentang tanaman-tanaman yang ia lihat, gunung-gunung yang pernah ia daki, sungai yang ia cicipi airnya. Beckmann yang menjelajah ke banyak penjuru Amerika Serikat diantara masa tugasnya sebagai guru, tampaknya jatuh cinta dengan Missisippi.

Max Beckmann menunggu cukup lama hingga bisa berangkat ke Amerika Serikat. Banyak lukisan yang dipamerkan di Frankfurt, untuk pertama kalinya diperlihatkan di Jerman. Dengan kuas yang bergerak ekspresif di atas kanvas ia menampilkan gambar-gambar pemandangan dan kota, jalanan di Amerika Serikat dan orang-orangnya. Gaya yang ia gunakan sebelum perang dunia kedua tetap digunakan, Namun menunjukkan hal-hal baru, seperti kerinduannya terhadap tanah baru Amerika, seperti yang dimiliki oleh banyak orang di Eropa yang mengimpikan masa depan baru.

Tergolong "Entartete Kunst"

Seperti banyak pelukis seusia di Jerman, Max Beckmann termasuk salah satu yang pelukis Jerman yang karyanya dinyatakan sebagai sampah oleh kaum Nazi.

Sitzender Mann mit gegrätschten Beinen und ausgestreckter Hand, datiert 1919
Lelaki duduk, 1919Foto: Museum Kunst Palast, Düsseldorf

Dalam sebuah pameran yang diberi judul „Entartete Kunst“, kaum Nazi menyandingkan lukisan-lukisan yang tak sesuai dengan ideologi dengan karya orang-orang penyakit jiwa. Karenanya tak heran, masa di Amerika Serikat bagaikan lembaran hidup yang betul-betul baru baginya.

Max Beckmann baru tiga tahun di negara paman Sam, ketika serangan jantung merenggut nyawanya. Karya-karyanya menjadi inspirasi besar bagi generasi pengikutnya, baik potret-potret kehidupan yang dipamerkan di Leipzig, lukisan pemandangan dan laut yang ditampilkan di Basel, maupun karya-karya terakhirnya di Amerika Serikat yang kini dipamerkan di Frankfurt.

Jochen Kürten/Edith Koesoemawiria
Editor: Luky Setyarini