1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Remaja di Umur 69 Tahun

Andy Budiman16 Agustus 2014

Inilah catatan mengenai wajah Republik yang baru saja melewati pemilihan umum paling ketat, menyelenggarakan transisi kekuasaan secara damai, yang menandai demokrasi yang semakin matang.

https://p.dw.com/p/1CvN0
Foto: Fotolia/PinkShot

Indonesia telah memilih untuk menempuh jalan Demokrasi. Sebuah sistem yang memberi kebebasan, kepada kita sebagai warga negara, untuk menentukan sendiri apa yang terbaik.

Sebuah sistem yang mengandung pandangan optimis, mempercayai bahwa setiap upaya memperluas batas-batas kebebasan dalam diri manusia, pada akhirnya akan mendorong kemajuan sosial.

Dan pelan-pelan kini mulai kita rasakan. Kemenangan Joko Widodo menandai lahirnya generasi kepemimpinan baru dalam peta politik Indonesia, yang hampir empat dekade dikuasai para elit politik yang punya kaitan dengan Orde Baru.

Kemenangan Jokowi menandai kehendak sebagian besar rakyat untuk meninggalkan para elit politik lama – yang dianggap tidak berhasil membawa kemajuan lebih lanjut – dan memberi kesempatan kepada aktor baru untuk memimpin.

Kehendak untuk mengubah lanskap politik juga terjadi tingkat politik mikro. Lewat pemilihan kepala daerah, beberapa tahun terakhir muncul geliat generasi baru. Anak-anak muda, dengan gagasan segar dan idealis, berhasil mengambil hati rakyat, dan menumbangkan para oligark yang sudah lama berkuasa.

Hal-hal seperti ini, hanya bisa terjadi karena kita punya Demokrasi.

Tentu saja, Demokrasi tidak selamanya bekerja, kadang ia bisa juga macet. Vox populi vox dei, kata orang, tapi kenyataannya tak selamanya suara rakyat itu mencerminkan suara Tuhan. Kadang-kadang, rakyat juga bisa salah memilih! Hitler dan Nazi, berkuasa di Jerman lewat sistem demokrasi, demikian pula sejumlah despot lainnya.

Intelektual Jerman Immanuel Kant yang menulis risalah kebebasan menyatakan, kita harus percaya bahwa manusia punya kemampuan untuk berkembang dan memilih yang terbaik bagi dirinya. Kalaupun terjadi kesalahan, maka itu adalah bagian dari proses pembelajaran. Karena jika individu dibuatkan pilihan terus menerus oleh otoritas lain di luar dirinya, maka ia tidak akan pernah menjadi manusia dewasa.

Kebebasan – termasuk juga kemungkinan untuk berbuat salah – akan membuat manusia menjadi lebih matang.

Begitulah Demokrasi bekerja. Kita bisa mengoreksi kesalahan: mengganti para pemimpin yang korup, atau tidak becus bekerja, atau tidak memilih calon pemimpin yang buruk.

Jokowi, Gubernur Ganjar Pranowo di Jawa Tengah, Walikota Bandung Ridwan Kamil, Tri Rismaharini di Surabaya atau Bima Arya di Bogor, adalah contoh bagaimana Demokrasi berhasil merevitalisasi politik. Ia membuka jalan bagi darah segar, darah muda, untuk diberi kesempatan memimpin.

Setelah enampuluh sembilan tahun merdeka, kita bisa bilang bahwa anugerah terbesar kita saat ini adalah kita punya kebebasan, kita punya Demokrasi.

Demokrasi berhasil meremajakan politik Indonesia.