1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Reformis Moderat Penguasa Baru Qatar

25 Juni 2013

Kerajaan Qatar yang didukung Barat, kini menghadapai tatapan gelisah dari para tetangganya. Semua mata kini tertuju pada penguasa baru Qatar dalam mengatasi tantangan dari dalam dan luar yang semakin meningkat.

https://p.dw.com/p/18vRT
Foto: picture-alliance/dpa

Sheikh Tamim bin Hamad al Thani menjadi pemimpin baru Qatar setelah ayahnya, Sheikh Hamad, memindahkan kekuasaan kepada dirinya pada hari Selasa (25/6)

Para pengamat barat dan wilayah melihat langkah itu sebagai sebuah upaya Hamad, 61 th, yang telah lama menderita penyakit diabetes dan masalah kesehatan kronis lainnya, untuk membawa darah baru ke dalam sistem politik Qatar sekaligus menjaga kerajaan itu satu langkah di depan dalam menghadapi sapuan revolusi musim semi Arab yang menginspirasi kaum muda Qatar untuk menuntut reformasi politik.

Tokoh Moderat

Tamim, seorang lulusan akademi militer Inggris Sandhurst, memegang sejumlah jabatan termasuk wakil kepala komandan angkatan bersenjata. Ia dipandang sebagai sosok moderat, reformis dan pro barat.

Lahir tahun 1980, Tamim adalah anak ke-4 Hamad dan merupakan anak kedua dari istrinya yang kedua, Sheikha Mozah.

Emir baru Qatar ini mempunyai enam anak dan dua istri.

Ia menjadi pewaris pada tahun 2003 setelah kakaknya, Sheikh Jasim, meninggalkan tahta itu kepada dirinya. Selama sepuluh tahun terakhir, ia dipersiapkan dengan menduduki jabatan penting dan menemani ayahnya untuk sejumlah pertemuan diplomatik.

Fotonya bersama Menteri Luar Negeri Amerika John Kerry pekan lalu, dipublikasikan di halaman depan harian Asharq al-Awsat, menggambarkan bahwa transfer kekuasaan di negara kecil tapi kaya minyak ini sudah dekat.

Sering Berseberangan dengan Arab Saudi

Tamim mengambil alih kekuasaan saat Qatar berada di bawah sorotan karena secara perlahan mencoba mengambil peran utama dalam kancah politik di wilayah yang sedang dipicu oleh kerusuhan akibat gerakan musim semi Arab.

Qatar mendukung para pemberontak Suriah melawan Presiden Bashar al-Assad, satu dari sedikit isu di mana Doha menemukan dirinya berada dalam garis politik yang sama dengan tetangga besarnya, Arab Saudi.

Pada saat Arab Saudi menjaga jarak dari penguasa baru Mesir, dan juga gerakan pembebasan Palestina Hamas, yang berkuasa di jalur Gaza, Qatar justru memilih mendukung Ikhwanul Muslimin dan Hamas.

Pemimpin Hamas di pengasingan bahkan diterima untuk pindah ke Qatar setelah konflik dimulai di Suriah.

Pada saat Doha kelihatannya menemukan sekutu di Afrika Utara, Tamim menghadapi tatapan para tetangganya sesama anggota Dewan Kerjasama Negara-negara Teluk yang cemas melihat berbagai kebijakannya.

Pada Januari lalu, majalah sepakbola Prancis menerbitkan sebuah laporan yang mengatakan bahwa Qatar telah menyuap untuk membuka jalan menjadi tuan rumah turnamen sepakbola Piala Dunia FIFA 2022. Laporan itu mengatakan bahwa bekas Presiden Prancis Nicolas Sarkozy menekan para pejabat untuk mendukung Qatar setelah dia dan Tamim bertemu di istana Negara Prancis pada November tahun 2010, dan mendiskusikan kemungkinan investasi Qatar ke liga sepakbola Prancis.

Tamim juga adalah kepala komite pencalonan Doha untuk menjadi tuan rumah Olimpiade 2020.

ab/hp (dpa,afp,ap)