1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Referendum di Bawah Bayang Kekerasan

15 Januari 2014

Rakyat Mesir menggelar pemilihan hari terakhir untuk menentukan konstitusi baru, yang hasilnya bakal menunjukkan seberapa besar dukungan bagi Jendral Abdel Fattah al-Sisi jika maju dalam pemilu mendatang.

https://p.dw.com/p/1Aqqs
Foto: Reuters

Konstitusi ini diharapkan bakal mendapat persetujuan mayoritas pemilih meski referendum ini diboikot oleh kelompok pendukung presiden Islamis terguling Mohamed Mursi.

Undang-undang dasar baru ini akan menggantikan rancangan sebelumnya yang dibuat di era Mursi, yang saat itu mendapat dukungan suara 64 persen, yang kalau dijumlah hanya sekitar sepertiga dari 53 juta penduduk Mesir.

Diwarnai kekerasan

Pemungutan suara berlangsung mulus di hampir semua tempat pemilihan pada Selasa, namun menurut laporan terakhir sembilan orang terbunuh dalam bentrokan di luar ibukota Kairo, antara pendukung Mursi – polisi – dan kelompok anti Mursi.

Sekitar 250 orang ditangkap termasuk sejumlah anggota Ikhwanul Muslimin karena mengganggu jalannya pemungutan suara di sejumlah tempat.

Kekerasan itu, sekaligus memperlihatkan bahwa situasi di Negara itu belum pulih setelah penggulingan Mursi yang diikuti tindakan keras terhadap para pendukungnya dan pelarangan organisasi Ikhwanul Muslimin.

Lebih seribu orang tewas dalam bentrokan sejak Mursi terguling, dan ribuan lainnya ditangkap termasuk para pimpinan tertinggi Ikhwanul Muslimin yang mendukung presiden Islamis tersebut.

Wakil juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat Marie Harf, sementara itu, mengatakan bahwa AS cemas dengan berbagai laporan mengenai kekarasan yang terjadi selama pemilihan, namun ia menambahkan bahwa mereka masih menunggu laporan dari “para pengamat independen atas kelayakan referendum yang berlangsung“.

Ia juga mengatakan bahwa klausul dalam RUU Kongres diharapkan bakal diloloskan Jumat mendatang akan memperbolehkan Gedung Putih untuk mencairkan 1,5 milyar euro dana bantuan bagi Kairo jika mereka bisa menjamin bahwa Mesir “telah menyelenggarakan sebuah referendum konstitusional, dan sedang mengambil sejumlah langkah untuk mendukung transisi demokratis“.

Mesir yang terbelah

Media massa di Mesir sendiri memberikan pujian atas berlangsungnya proses pemungutan suara di hari pertama.

“Ya, bahkan para penjahatpun membencinya,” tulis halaman depan Al-Waft, sebuah suratkabar swasta, merujuk kepada pada pendukung Mursi. ”Rakyat Mesir memilih masa depan mereka saat jutaan orang menuliskan sejarah,” tulis media milik pemerintah Al-Jumhuriya.

Pemerintahan Mesir berharap banyak orang akan mendukung konstitusi baru yang artinya akan memperbesar legitimasi mereka, sementara bagi Jendral Sisi, hasil referendum ini akan dilihat dari dekat sebagai “indicator” popularitas dirinya menjelang pemilihan presiden.

Presiden sementara Adly Mansour berjanji bahwa referendum ini akan diikuti dengan pemilihan parlemen dan presiden.

Masih belum jelas hasil referendum ketika berita ini diturunkan, namun para pengamat memperkirakan konsitusi baru ini akan lolos. Para pendukung konsitusi baru berharap akan mendapat suara paling sedikit 70 persen pemilih.

Bagi kalangan Islamis, Jendral Sisi dibenci karena menjatuhkan Mursi, presiden Islmis yang merupakan presiden sipil pertama yang terpilih secara demokratis di negara itu, tapi di pihak lain, jendral itu dipuja oleh jutaan orang yang ikut turun jalan menuntut pengunduran diri Mursi.

ab/rn (afp,ap,rtr)