1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Rasa Bangga Malaysia Kembali Terkoyak

18 Juli 2014

Jatuhnya Malaysia Airlines MH17 memberi tekanan baru kepada Kuala Lumpur yang hingga kini masih tersengat trauma dan stigma dunia menyusul hilangnya MH370 empat bulan lalu.

https://p.dw.com/p/1CerN
Malaysia Airlines MH-17 Reaktionen
Foto: Reuters

Untuk kedua kalinya tahun ini, rakyat Malaysia terbangun pada hari Jumat (18/7) dan menemukan halaman hitam di bagian muka koran-koran sebagai simbol duka cita atas tragedi udara lainnya yang menghantam negeri itu.

“Kenapa tidak ada ketenangan di negeri kami? Tragedi demi tragedi menimpa kami,“ kata G. Subramaniam, yang anaknya berada di dalam pesawat MH370 yang hingga kini masih hilang.

Malaysia Airlines dengan nomor penerbangan MH17 terbang dari Amsterdam menuju Kuala Lumpur, jatuh Kamis (17/7) malam di sebelah timur Ukraina. 43 warga Malaysia ada di dalam pesawat.

Pejabat Amerika mengatakan jet itu ditembak jatuh oleh rudal jarak jauh darat ke udara, yang kemungkinan telah menjadi korban pemberontakan kekerasan di wilayah yang dikuasai para pemberontak pro-Rusia.

Sementara penyebab pasti kecelakaan masih belum diketahui pasti, krisis baru ini telah kembali merobek luka yang masih basah bagi warga Malaysia yang masih trauma akibat tragedi MH370. (Baca: Malaysia Airlines Sangat Mungkin Terbang Autopilot)

Terlalu cepat

“Baru saja mendengar berita buruk. Saya pikir kami tidak siap untuk menerima ini begitu cepat setelah tragedi MH370,“ kata bintang bulutangkis Malaysia Lee Chong Wei, melalui Twitter.

Dalam kasus MH370, rakyat Malaysia menyaksikan dengan cemas pemerintah dan merek nasional unggulan mereka mendapat kritik pedas dunia atas ketidakmampuan mereka menjelaskan apa yang terjadi pada pesawat yang hilang itu.

Para keluarga korban menuduh Malaysia tidak kompeten dan menutup-nutupi informasi. Pemesanan tiket Malaysia Airlines turun drastis, dan negara itu menjadi bahan lelucon di seluruh dunia.

Kekhawatiran juga muncul bahwa tragedi beruntun ini merusak salah satu sektor terpenting Malaysia yakni dunia pariwisata. Selain itu tragedi kembar ini juga merusak perasaan negara multikultural itu yang selama ini merasa negaranya stabil dan sejahtera di kawasan Asia Tenggara yang sering bergejolak, kata Ibrahim Suffian, kepala salah satu lembaga jajak pendapat terkemuka di Malaysia.

Rasa bangga yang hancur

“Orang Malaysia selalu merasa terlindungi dari tragedi dan bencana. Angin topan, gempa bumi, perang – itu selalu bukan kami, tapi Indonesia, Myanmar atau Filipina. Tapi perasaan aman itu kini hancur,” kata dia.

Penembakan MH17 juga semakin terasa menyedihkan karena terjadi pada bulan Ramadhan, di mana warga mayoritas Muslim Malaysia sedang bersiap menyambut suka cita Idul Fitri akhir bulan ini.

Beberapa orang mulai menyampaikan kecemasan bahwa tragedi MH17 akan lebih jauh merusak citra Malaysia.

“Perasaan bangga dan mapan warga Malaysia sudah tercoreng oleh cara pimpinan pemerintah dan maskapai menangani MH370. Mereka harus kembali melewati insiden kali ini, merasa sebagai tertuduh dan menanggung beban tanggungjawab (secara tidak adil), tak tahu bagaimana cara terbaik untuk mengekspresikan diri dan terbebas dari noda,“ kata K. S. Narendran, seorang warga India yang istrinya berada di dalam MH370.

ab/cp (afp, ap, rtr)