1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Rakyat Mesir Enggan Memilih

28 Mei 2014

Penguasa Mesir bergegas menyelamatkan pemilihan presiden negara itu dari bencana rendahnya jumlah pemilih, namun hanya sedikit orang yang muncul ke tempat pemungutan suara meski masa pemilu telah diperpanjang.

https://p.dw.com/p/1C8Bq
Foto: imago/UPI Photo

Rendahnya jumlah pemilih itu memberikan tekanan kepada bekas komandan militer Abdel-Fattah el-Sissi yang meski dipastikan menang, namun berusaha memperlihatkan dukungan publik luas melalui hasil pemilu.

El-Sissi berusaha memperoleh dukungan besar sebagai bukti legitimasi atas langkahnya menjatuhkan presiden yang didukung kelompok Islamis Mohamed Mursi, yang merupakan pemimpin pertama yang terpilih secara demokratis di negara tersebut.

Kelompok penentang mengatakan tidak munculnya pemilih ke tempat pemungutan suara merefleksikan ketidakpuasan mendalam atas el-Sissi, tidak hanya diantara pembencinya di kalangan Islamis tapi juga dikalangan masyarakat luas yang mengatakan bahwa dia tidak punya solusi mengatasi kesengsaraan rakyat dan takut bahwa Sissi akan mengembalikan Mesir ke era otoriter.

”Kotak suara mencari pemilih,” demikian tertulis di berita utama halaman depan harian Al-Shorouk edisi Kairo pada hari Rabu. Bahkan harian yang biasanya pro-Sissi yakni Al-Masry al-Youm kelihatannya ikut menambahkan garam ke dalam luka.

“Negara sedang mencari dukungan suara,” tulis berita utama harian itu dengan huruf merah.

Selama sepuluh bulan terakhir, pemerintah dan media mengobarkan pujian bagi el-Sissi, dengan menggambarkan dia sebagai penyelamat negeri.

Mereka memuji perburuan Sissi atas Ikhwanul Muslimin lewat sebuah operasi yang menewaskan ratusan orang dan menempatkan ribuan Islamis lainnya ke dalam penjara.

Pembuktian Mursi

Di distrik Zamalek yang ditempati kelas atas Kairo, sebuah tempat pemungutan suara tidak didatangi satupun pemilih, setelah lebih dari satu jam dibuka pada hari Rabu. Pasukan tentara bertopeng kelihatan santai berdiri di belakang karung pasir.

Di tempat yang tak begitu jauh, Amani Fikry, seorang manajer sebuah perusahaan swasta, mengatakan dirinya telah memilih satu hari sebelumnya bersama ibunya.

“Orang-orang malas, depresi atau frustasi. Mereka tahu akan seperti apa hasil pemilu sebelum memilih,” kata dia. ”Mereka kelelahan akibat tiga tahun masalah konstan.”

Tidak ada keraguan bahwa el-Sissi, 59, akan menang atas lawan tunggalnya, politisi kiri Hamdeen Sabahi.

Tapi el-Sissi dan para pendukungnya berusaha meraih kemenangan lewat dukungan suara yang besar untuk mengirimkan pesan kepada Barat – serta para lawan politiknya di dalam negeri – bahwa langkahnya menjatuhkan Mursi bukanlah sebuah kudeta, melainkan sebuah revolusi rakyat. Jutaan orang turun ke jalan dalam protes menentang Mursi sebelum akhirnya Sissi menggulingkan presiden Islamis tersebut.

ab/hp (ap,rtr,afp)